Keterampilan Sosial - Anak-anak terutama yang berusia belasan tahun rentan dibully
khususnya ketika mereka sedang ada di sekolah. Akibatnya, banyak anak yang
depresi atau frustasi setelah mereka dibully. Meski begitu, bukan berarti
depresi tak bisa dihindari saat anak menjadi korban bullying.
Enam tahun setelah itu, anak-anak yang mengalami bullying mendapat penanganan untuk mengukur efek jangka panjang dari tindakan bullying yang mereka terima. Salah satu peneliti, Suzanne Vassallo menemukan bahwa seperempat dari remaja muda mengalami bullying. Saat mereka berusia 19 tahun, anak-anak yang sering dibully lebih mungkin mengalami depresi.
"Remaja yang berisiko mengalami depresi akibat dibully rata-rata memiliki kecenderungan antisosial saat di sekolah. Oleh karena itu, kemampuan mereka untuk berinteraksi, beradaptasi, dan keterampilan sosial lainnya berperan penting," terang Vassallo.
Dijelaskan Vassallo, ketika anak tidak terampil secara sosial, mereka akan lebih temperamental, tidak stabil, dan bereaksi berlebih terhadap siatuasi yang dialaminya. Sehingga, mereka akan mudah marah, frustasi, dan mengalami penderitaan mental dalam jangka panjang.
Sebaliknya, ketika korban bullying ini mempunyai keterampilan bersosialisasi yang baik, anak tidak terlalu temperamen dan lebih bisa membuka lagi pergaulan mereka. Sehingga, depresi bisa dihindari meskipun sedikit trauma diakui Vassallo masih bisa terjadi.
"Oleh karena itu penting bagi orang tua untuk mendidik anak agar tidak antisosial. Jika mereka dibully, sembuhkan rasa traumanya dengan mengajaknya bersosialisasi dan mengenal lingkungan lebih baik," imbuh Vassallo seperti dikutip dari Essential Kids. (Detik.com)
Keterampilan Sosial, Kunci untuk Hindarkan Anak dari Depresi Usai Dibully
4/
5
Oleh
Admin