Oleh : Kukuh Jumi Adi*
Intisari.
Hasil
assesment yang peneliti lakukan, menunjukan bahwa lebih dari 95% siswa binaan
peneliti di SMP 9 Jember tidak belajar secara rutin, belajar hanya kalau ada
ulangan. Hanya kurang dari 5% yang menyatakan belajar secara rutin di rumah
dengan kisaran waktu setengah sampai sampai satu jam tiap harinya. Informasi
dari wali kelas dan keluhan dari guru-guru menunjukan hal yang senada. Mereka
menjadi kebingungan untuk meningkatkan gairah belajar siswanya. Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang
hendak dipecahkan dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah penggunaan teknik self monitoring dapat meningkatkan
perilaku belajar secara rutin siswa di rumah?” Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui
efektivitas penerapan teknik self
monitoring untuk meningkatkan perilaku belajar secara rutin siswa di rumah.
Hipotesis tindakan dirumuskan, “Jika diterapan teknik self monitoring, maka akan dapat meningkatkan perilaku mengerjakan
tugas belajar secara rutin di rumah.” Subjek penelitian adalah siswa kelas VIIB
SMP Negeri 9 Jember sejumlah 12 anak, terdiri atas 9 putra dan 3 putri. Alat
ukur yang digunakan untuk meraih data kebiasaan belajar siswa di rumah adalah
format self monitoring. Hasil penelitian dengan
menggunakan kriteria target yang telah ditetapkan yaitu 85% siswa yang dikenai
tindakan, belajar selama minimal 30
menit tiap hari dan 5 kali dalam satu pekan, didapatkan kesimpulan bahwa
penerapan teknik self monitoring kurang efektif untuk meningkatkan
perilaku belajar siswa secara rutin di rumah, namun penerapan self monitoring yang disertai pemberian self reinforcement efektif untuk meningkatkan perilaku belajar siswa secara rutin di
rumah.
Pendahuluan
Proses dan hasil belajar siswa dipengaruhi
oleh banyak hal atau berbagai macam faktor, mulai faktor dari dalam dirinya
sendiri sampai dengan luar dirinya, faktor hereditas, dan lingkungan, faktor psikologis,
fisik, dan sosial. Walaupun banyak sekali faktor yang mempengaruhi proses dan
hasil belajar, namun pada akhirnya yang menentukan keberhasilan dan kegagalan
belajarnya adalah siswa itu sendiri sebagai pelakunya. Dalam sebuah upaya untuk
dapat mencapai hasil belajar yang sebaik-baiknya, siswa harus mengembangkan
diri menjadi siswa yang baik, dalam arti dia harus mempunyai sikap yang positif
terhadap tugas belajarnya, mata pelajaran yang dipelajarinya, dan yang kedua,
siswa hendaknya mengembangkan kebiasaan belajar yang baik juga, yaitu belajar
secara rutin tiap hari di rumah (Suryabrata, 1989).
Sebagaimana kegemaran membaca yang hanya dapat
ditumbuhkan sedikit demi sedikit, kebiasaan belajar yang baik tidak dapat
dibentuk dalam waktu yang singkat. Kebiasaan belajar yang baik, dilakukan rutin
tiap hari tidak dapat dibentuk dalam waktu yang relatif singkat. Rutinitas, dan
kebiasaan belajar yang baik juga perlu dipupuk, dikembangkan, dilatih sedikit demi sedikit. Menurut
Suryabrata (1989), ada berbagai cara yang dapat ditempuh untuk mengembangkan
kebiasaan belajar yang baik, yang pada intinya adalah dengan membuat rencana
kegiatan belajar yang jelas, dan adanya “disiplin diri” yang kuat untuk
menepati rencana yang telah disusun, melaksanakan apa yang telah direncanakan.
Dalam hal ini cara seseorang siswa menggunakan waktunya untuk belajar merupakan
hal yang mempunyai pengaruh langsung terhadap hasil belajarnya. Semakin banyak
waktu yang digunakan untuk (mengulang) belajar di rumah, akan semakin baik
hasil belajarnya. “Practice makes
perfect,” supaya penguasaan bahan yang dipelajari menjadi lebih baik,
diperlukan pengulangan, dan latihan yang terus menerus. Idealnya setiap siswa
mau menyediakan waktu untuk mengulangi, mempelajari materi atau mata pelajaran
yang telah diterangkan/dibahas bersama guru di sekolah, membaca kembali
catatannya sambil memperbaiki dan melengkapi catatan tersebut bila diperlukan.
Selain itu, siswa juga perlu belajar, dan menyiapkan diri terhadap materi yang
akan dibahas esok hari di sekolah. Pada intinya belajar sedikit demi sedikit
secara rutin tiap hari atau secara teratur akan lebih baik daripada belajar
dalam tempo yang lama tetapi tidak teratur, atau tidak rutin. Oleh sebab itu
siswa perlu dibiasakan belajar rutin tiap hari (Subro, 1987).
Namun kenyataan di lapangan, jarang dijumpai
siswa yang dapat dan mau menyusun rencana belajar, melaksanakan rencana
tersebut. Meluangkan waktunya untuk belajar di rumah secara rutin. Bahkan
seringkali pekerjaan rumah yang diberikan guru tidak dikerjakannya. Berbagai
macam usaha yang dilakukan guru agar siswa mau belajar dan mengerjakan
pekerjaan rumahnya, namun selalu mengalami kegagalan. Hasil pengumpulan data
dengan menggunakan instrumentasi bimbingan dan konseling yang peneliti lakukan,
menunjukan bahwa lebih dari 95% siswa binaan peneliti di SMP 9 Jember tidak
belajar secara rutin, belajar hanya kalau ada ulangan. Hanya kurang dari 5%
yang menyatakan belajar secara rutin di rumah dengan kisaran waktu setengah
sampai sampai satu jam tiap harinya. Informasi dari wali kelas dan keluhan dari
guru-guru menunjukan hal yang senada. Mereka menjadi kebingungan untuk
meningkatkan gairah belajar siswanya. Berbagai cara telah digunakan namun
motivasi siswa untuk belajar seolah tidak ada sama sekali. Keluhan dari orang
tuapun hampir senada, bahkan mereka juga mengalami kesulitan untuk menyuruh
anaknya belajar. Beberapa orang tua siswa yang datang ke sekolah baik atas
inisiatif sendiri maupun atas undangan konselor menyatakan bahwa mereka tidak
mampu “memaksa” anaknya untuk belajar di rumah.
Menurut Danusastro (1985), secara tradisional, ada banyak teknik modifikasi
perilaku yang
sering digunakan untuk memunculkan perilaku yang dikehendaki termasuk kegiatan
belajar, yaitu antara lain pemberian penguatan positip (positive reinforcement), penghapusan waktu (time out),
jawaban merugikan (response cost),
pemberian bantuan (promting),
penghapusan bantuan (fading),
pemberian contoh (modeling). Hasil
penelitian lebih dari satu abad menunjukan bahwa metode modifikasi perilaku
tersebut sangat efektif dalam memperbaiki perilaku anak baik yang bersifat
akademis maupun sosial (Kazdin, William, Anandam, dan Clarizio dalam
Danusastro, 1986). Namun akhir-akhir ini modifikasi perilaku secara tradisional
seperti di atas dianggap kurang memadai karena hanya melibatkan faktor eksternal siswa, tanpa melibatkan faktor internal
siswa, sehingga perubahan tingkah laku hanya tergantung pada kehadiran orang
dewasa (orang tua maupun guru). Pada penelitian ini penulis ingin melibatkan
aktif siswa untuk mengubah perilaku belajarnya, karenanya penulis berusaha menumbuhkan,
meningkatkan perilaku belajar siswa secara rutin di rumah dengan menggunakan
teknik self monitoring (pemantauan
diri).
Self
monitoring ((pemantauan diri)
adalah sebuah teknik dalam terapi tingkah laku yang tidak hanya merupakan salah
satu cara pengumpulan data, tetapi dalam bidang psikologi digunakan sebagai
teknik intervensi (Prawitasari, 1989). Sebenarnya pemantauan diri awalnya dari
sederetan prosedur di dalam terapi perilaku yang akan diajarkan bagi subjek.
Biasanya pemantauan diri ini akan diikuti oleh evaluasi diri dan pengukuhan
atau penguatan diri (Prawitasari, 1989; Danusastro, 1985). Selain itu
sesungguhnya pemantauan diri ini pada mulanya dimaksudkan untuk menentukan baseline, akan tetapi sering pula didapatkan hasil
melalui pemantauan diri ini perilaku yang ditargetkan berubah ke arah yang
positip (Kanfer dalam Prawitasari, 1989). Meskipun pemantuan diri saja dianggap
tidak cukup, namun dari berbagai penelitian didapatkan hasil bahwa pemantauan
diri dapat dipakai sebagai agen perubahan perilaku (Bellack dan Hansen, 1977;
Johnson dalam Prawitasari 1989; Rehmn Kaslow dan Rabice, 1987; Russell dalam
Prawitasari, 1989, Prawitasari, 1989). Dalam bidang pendidikan teknik
pemantauan diri oleh Thompson dalam Danusastro (1985), digunakan untuk
intervensi perilaku terhadap siswa yang mempunyai kesulitan serius dalam ketetapan
melaksanakan tugas. Juga James (dalam Danusastro, 1985), menggunakan teknik self monitoring (pemantauan diri) untuk
menghilangkan perilaku bicara tanpa ijin di dalam kelas. Penelitian Hector
dalam Danusastro (1985), menunjukan bahwa teknik self monitoring berpengaruh terhadap tingkah laku yang dimonitor.
Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan
yang hendak dipecahkan dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah penggunaan
teknik self monitoring dapat
meningkatkan perilaku belajar secara rutin siswa di rumah?” Sedangkan tujuan
dari penelitian tindakan ini adalah “Ingin mengetahui efektivitas penerapan
teknik self monitoring untuk
meningkatkan perilaku belajar secara rutin siswa di rumah.” Dan hasil
penelitian ini diharapkan memberikan manfaat antara lain: Bagi konselor, dapat
menjadikan informasi hasil dari penelitian ini sebagai bahan pertimbangan untuk
membiasakan siswa agar mau atau memiliki disiplin belajar secara rutin tiap
hari. Bagi siswa, dapat menjadikan informasi dari penelitian ini sebagai
masukan dan bahan pertimbangan teknik membiasakan belajar secara rutin di
rumah. Berpijak dari rumusan masalah dan dasar teori, maka dapat dirumuskan
hipotesis penelitian tindakan sebagai berikut “Jika diterapkan teknik self monitoring, maka akan dapat
meningkatkan perilaku mengerjakan tugas belajar secara rutin di rumah.”
Metode Penelitian
Objek tindakan
Objek penelitian tindakan ini adalah
peningkatan kebiasaan belajar siswa secara rutin di rumah dengan menggunakan
teknik self monitoring
Subjek
tindakan
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIIB SMP
Negeri 9 Jember yang menjadi kelas binaan peneliti. Jumlah siswa yang menjadi
subjek penelitian tindakan sejumlah 12 siswa yang terdiri atas 9 pria dan 3
wanita. Pilihan subjek ini dengan dasar pertimbangan prestasi belajarnya
tergolong paling rendah, mereka menjadi perhatian dan sumber keluhan dari guru-guru
yang mengajar di kelas tersebut. Kondisi rumahnya masih memungkinkan siswa
untuk dapat belajar dengan baik, memiliki buku sebagai bahan belajar, dan orang
tua siswa siap bekerja sama dengan pihak sekolah untuk memperbaiki cara belajar
anaknya.
Metode
pengumpulan data
Instrumen untuk mengukur kebiasaan belajar
siswa di rumah adalah format self
monitoring, dipakai untuk memantau kebiasaan belajar siswa di rumah selama
tindakan berlangsung. Dalam format tersebut subjek menuliskan (mencontreng) penampilan
belajarnya di rumah pada hari itu.
Metode
analisis data
Dalam rangka mengetahui efektivitas penerapan
teknik self monitoring sebagai upaya
peningkatan perilaku kebiasaan belajar siswa secara rutin di rumah, data yang
masuk dianalisis dengan menggunakan kriteria pencapaian target yang telah disepakati
antara konselor dengan siswa. Adapun target yang ditetapkan adalah siswa
dikatakan telah belajar di rumah dengan baik jika selama 5 hari dalam satu
minggunya mereka belajar minimal selama 30 menit tiap kali belajar/ tiap
harinya. Pelaksanaan tindakan dikatakan berhasil jika jumlah siswa yang
belajarnya 30 menit tiap hari dan 5 hari
dalam satu minggunya mencapai 85%.
Cara mengambil kesimpulan
Proses pengambilan kesimpulan dilakukan dengan
cara membandingkan antara pencapaian perilaku kebiasaan belajar siswa di rumah
dengan target yang telah ditetapkan. Jika pencapaian kebiasaan belajar siswa
mencapai target yang telah ditetapkan, berarti penerapan teknik self monitoring efektif untuk
meningkatkan perilaku kebiasaan belajar siswa di rumah. Dan sebaliknya.
Prosedur
tindakan
Penelitian ini menggunakan penelitian
tindakan, adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam melaksanakan tindakan
adalah sebagai berikut: Pertama, menentukan perilaku yang ditargetkan. Dalam
hal ini konselor bersama siswa menetapkan perilaku yang hendak dimunculkan,
yaitu setiap hari di rumah siswa akan belajar.
Kedua, memilih sistem pengukuran. Dalam hal
ini untuk mengukur perilaku belajar ditetapkan siswa dikatakan telah belajar
jika dia di rumah telah belajar minimal selama 30 menit, dan tiap minggunya
ditargetkan belajar sebanyak lima kali.
Ketiga, menetapkan interval pengukuran.
Pengukuran dilaksanakan setiap hari, dan lima kali (hari) dalam satu minggu,
serta dilaksanakan selama periode satu bulan.
Keempat, merencanakan bekerjanya sistem.
Konselor membuat lembar pengukuran untuk pencatatan self monitoring, dimana setiap siswa selesai belajar memberi tanda
chek (V) atau contremg pada lembar tersebut.
Kelima, pelaksanaan sistem. Pada tahap ini
konselor mendorong siswa untuk berusaha belajar tiap hari minimal selama 30
menit, dan berusaha untuk belajar 5 kali dalam satu minggunya.
Hasil
Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan
menggunakan dua (2) siklus. Tahapan pelaksanaan setiap siklus meliputi
perencanaan, pelaksanaan tindakan, pemberian tugas, observasi, yang diikuti
dengan refleksi terhadap pelaksanaan tindakan pada siklus tersebut. Hasil-hasil
penelitian pada masing-masing siklus setelah tindakan atau pemberian tindakan dapat
diuraikan sebagai berikut:
Siklus
1
Hasil penelitian selama siklus 1 didapatkan
data sebagaimana disajikan dalam tabel 1 berikut ini:
Tabel 1
Rangkuman
rata-rata belajar siswa selama siklus 1
No.
|
MINGGU
1
|
MINGGU
2
|
MINGGU
3
|
MINGGU
4
|
1
|
1
|
1
|
2
|
2
|
2
|
2
|
2
|
3
|
5
|
3
|
3
|
4
|
5
|
5
|
4
|
2
|
4
|
4
|
5
|
5
|
4
|
4
|
4
|
4
|
6
|
1
|
1
|
2
|
2
|
7
|
1
|
1
|
0
|
1
|
8
|
3
|
5
|
4
|
4
|
9
|
2
|
3
|
3
|
4
|
10
|
3
|
4
|
4
|
5
|
11
|
4
|
4
|
5
|
5
|
12
|
5
|
5
|
5
|
5
|
Berdasarkan tabel 1 tersebut di
atas terlihat bahwa pada minggu 1 hanya ada 1 siswa (8%) yang telah mencapai
target belajar, yaitu belajar sebanyak 5 kali dalam satu minggunya. Dan yang
lainnya belum mencapai target yang telah ditentukan. Ada 2 siswa (17%) yang
belajarnya empat kali dalam satu minggu, dan ada 3 siswa (25%) yang belajarnya
sebanyak tiga kali dalam satu minggu, serta ada 3 siswa (25%) yang belajarnya
sebanyak dua kali dalam satu minggunya, dan yang terakhir ada 3 anak (25%) yang
belajarnya hanya satu kali dalam minggu pertama.
Pada minggu kedua, dari 12 siswa
yang melaksanakan self monitoring ada
2 siswa (17%) yang melaksanakan belajar sesuai dengan target yitu telah belajar
lima kali dalam satu minggunya. Dan siswa yang belajar selama empat kali
sebanyak 5 siswa atau sebesar 42% dari 12 siswa. Sedangkan yang belajarnya tiga
kali sebanyak 1 siswa (8%). Berikutnya yang belajarnya dua kali sebanyak 1
siswa atau 8%, dan yang belajarnya hanya
satu kali sebanyak 3 siswa atau sebesar 25%.
Pada minggu ketiga, perilaku
belajar siswa di rumah menunjukan hasil sebagai berikut: untuk siswa yang
belajarnya lima kali naik menjadi 3 siswa atau 25%. Siswa yang belajarnya
sebanayak empat kali sebanyak 4 siswa atau setara dengan 33%. Sedangkan yang
belajarnya tiga kali sebanyak 2 siswa (17%). Serta yang belajarnya dua kali
sebanyak 2 siswa juga atau 17%. Namun ada 1 siswa (8%) yang sama sekali tidak
belajar pada minggu itu.
Kemudian pada minggu keempat,
jumlah siswa yang belajarnya lima kali dalam satu minggu naik kembali menjadi 6
siswa atau 50%, dan yang belajarnya empat kali sebanyak 3 siswa (25%).
Sedangkan yang belajarnya dua kali sebanyak 2 siswa (17%), dan yang belajarnya
satu kali sebanyak 1 siswa juga atau 8%.
Berpijak dari hasil hitungan
seperti diuraikan di atas, berikutnya untuk memberikan gambaran yang lebih
jelas mengenai perbandingan perilaku belajar siswa tiap minggunya hasil-hasil
perhitungan dari tabel 1 tersebut dimasukan dalam sebuah grafik seperti
terlihat pada grafik 1 berikut ini:
Grafik 1. Perbandingan perkembangan perilaku belajar
siswa siklus 1
Berdasarkan grafik 1 tersebut di atas terlihat
bahwa selama siklus 1 jumlah siswa yang
belajarnya mencapai target yaitu setiap hari belajar minimal selama 30 menit
dan dalam satu pekannya belajar sebanyak 5 kali selalu naik. Jika pada minggu
pertama hanya ada 8%, maka pada minggu kedua naik menjadi 17%, berikutnya pada
minggu ketiga naik kembali menjadi 25%, dan pada minggu keempat naik kembali
menjadi 50%. Namun demikian pencapaian ini belum mencapai target tindakan yang
sebesar 85%. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwasanya penerapan
teknik self monitoring kurang efektif
untuk meningkatkan perilaku belajar siswa di rumah. Di samping hasil tersebut,
ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian, yaitu untuk siswa nomor 1,
nomor 6, dan nomor 7 perkembangan
belajarnya sangat rendah. Bahkan siswa nomor 7 hampir sama sekali tidak pernah
belajar, bahkan pernah tidak belajar sama sekali.
Refleksi
Hasil analisis menunjukan bahwa teknik self monitoring selama siklus 1 kurang
efektif untuk meningkatkan perilaku belajar siswa di rumah. Hasil hitung menunjukan
jumlah siswa yang mencapai target belajar hanya sebesar 50% sampai akhir siklus
1, dan ini berarti kurang dari target tindakan yang ditetapkan sebesar 85%. Hal
ini mungkin disebabkan banyak siswa yang masih kurang termotivasi untuk belajar
dengan menggunakan teknik self monitoring.
Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Prawitasari (1989),
yang menunjukan bahwa penggunaan teknik self
monitoring tidak efektif untuk mengubah tingkah laku. Oleh karena itu
Bellack dan Hansen (1977) dan Kanfer dalam Prawitasari (1989), menganjurkan
teknik self monitoring ini untuk
diikuti dengan intervensi lain jika ingin lebih efektif, antara lain dengan
penggunaan self reinforcement (Danusastro, 1985).
Hasil wawancara dengan siswa menunjukan hal
tersebut, siswa kurang termotivasi belajarnya dengan tehnik self monitoring, akhirnya setelah
wawancara disepakati untuk pelaksanaan siklus 2 kegiatan akan diikuti dengan
pemberian self reinforcement, berupa
pemberian tanda bintang perak dan bintang emas jika target mampu dicapai oleh
siswa.
Siklus
2
Prosedur tindakan pada siklus 2, disamping
melaksanakan lima langkah sebagaimana pada siklus 1, akan diikuti dengan
pemberian penguatan jika target mampu dicapai oleh siswa. Jenis penguatan diri
(self reinforcement) yang dipakai
adalah pemberian bintang perak dan bintang emas. Atau dengan kata lain untuk
memberikan penguatan pada dirinya sendiri digunakan pemberian stiker bintang
perak dan bintang emas. Bintang perak diberikan kepada dirinya sendiri jika
siswa telah belajar minimal 30 menit setiap harinya untuk ditempelkan pada
lembar pemantauan diri. Setiap hari sabtu lembar self monitoring dikumpulkan untuk diganti dengan lembar yang baru.
Selanjutnya konselor memberi penilaian pada lembar self monitoring tersebut. Jika
siswa dapat mengumpulkan 5 bintang perak, maka dia dapat memberi hadiah pada
dirinya sendiri bintang emas yang dapat ditempelkan pada lembar self monitoring tersebut.
Setelah kegiatan selama siklus
kedua, hasil penelitian tindakan
selama siklus 2 didapatkan data rata-rata hasil belajar siswa di rumah seperti
tujuan tindakan kelas yang peneliti lakukan sebagaimana disajikan dalam tabel 2
berikut ini:
Tabel 2
Rangkuman
rata-rata belajar siswa selama siklus 2
No.
|
MINGGU
1
|
MINGGU
2
|
MINGGU
3
|
MINGGU
4
|
1
|
3
|
4
|
4
|
5
|
2
|
5
|
5
|
5
|
5
|
3
|
5
|
5
|
5
|
5
|
4
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
4
|
5
|
5
|
5
|
6
|
4
|
5
|
5
|
5
|
7
|
2
|
2
|
2
|
2
|
8
|
4
|
4
|
5
|
5
|
9
|
5
|
5
|
5
|
5
|
10
|
5
|
5
|
5
|
5
|
11
|
5
|
5
|
5
|
5
|
12
|
5
|
5
|
5
|
5
|
Berpijak pada tabel 2 tersebut di atas
terlihat bahwa selama siklus 2 pada minggu pertama dari 12 siswa yang mencapai
target belajar setiap hari minimal 30 menit dan lima kali belajar selama satu
pekannya mencapai 7 siswa atau 59%. Sedangkan yang belajarnya sebanyak empat
kali ada 3 siswa (25%), dan yang belajarnya tiga kali ada 1 siswa (8%),
demikian juga yang belajarnya dua kali ada 1 siswa atau 8%.
Pada minggu kedua, siswa yang belajarnya lima
kali dalam satu pekan ada 9 siswa atau 75%, selanjutnya yang belajarnya empat
kali sebanyak 2 siswa atau 17%, serta yang belajarnya dua kali sebanyak 1 siswa
atau sebesar 8%.
Pada minggu ketiga, siswa yang belajarnya lima
kali sebanyak 10 siswa atau sebesar 84%, dan yang belajarnya empat kali
sebanyak 1 siswa atau sebesar 8%, serta yang belajarnya satu kali dalam satu
minggunya ada 1 siswa atau setara dengan 8%.
Berikutnya pada minggu keempat, jumlah siswa
yang belajarnya sebanyak lima kali ada 11 siswa atau sebesar 92%, dan yang
lainnya hanya ada 1 siswa yang belajarnya hanya dua kali dalam satu minggunya
atau setara dengan 8%.
Menyimak hasil hitung seperti tersebut di
atas, perbandingan dan kemajuan perilaku belajar siswa selama siklus 2
disajikan pada grafik sebagaimana pada
grafik 2 berikut ini:
Grafik 2. Perbandingan perkembangan perilaku belajar
siswa siklus 2
Berdasarkan grafik 2 di atas terlihat bahwa
selama siklus 2 jumlah siswa yang belajarnya mencapai target mengalami kenaikan
yang sangat signifikan. Pada minggu pertama jumlah siswa yang mencapai target
belajar sebesar 59%, maka pada minggu kedua naik menjadi 75%, selanjutnya pada
minggu ketiga naik lagi menjadi 84%, dan akhirnya pada minggu keempat naik
kembali menjadi 92%. Hal ini berarti persentase hitung belajar siswa mencapai
92% lebih tinggi dari target yang ditetapkan sebesar 85%. Dengan demikian dapat
ditarik kesimpulan penerapan teknik self monitoring
yang disertai dengan pemberian self reinforcement
efektif untuk meningkatkan perilaku belajar siswa di rumah.
Refleksi
Hasil analisis memperlihatkan bahwa teknik self monitoring yang disertai dengan
pemberian self reinforcement selama
siklus 2 efektif untuk meningkatkan perilaku belajar siswa di rumah. Hasil
hitung menunjukan bahwa jumlah siswa yang mencapai target perilaku belajar di
rumah mencapai 92%, dan ini berada di atas target tindakan yang ditetapkan
sebesar 85%. Hasil-hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Bellack dan Hansen (1977), dan Kanfer dalam Prawitasari (1989), yang menunjukan
bahwa self monitoring dengan diikuti
intervensi lain efektif untuk mengubah tingkah laku yang dimonitor. Juga
pendapat Danusastro (1985), yang menyatakan bahwa teknik self monitoring yang diikuti dengan pemberian self reinforcement efektif untuk meningkatkan tingkah laku yang
dimonitor.
Kesimpulan
dan Saran
Kesimpulan
Berdasarkan
analisis dan pembahasan seperti yang diuraikan di depan, maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa penerapan teknik self
monitoring kurang efektif untuk meningkatkan perilaku belajar siswa di
rumah. Namun penerapan self monitoring
yang disertai dengan penggunaan self reinforcement
efektif untuk meningkatkan perilaku belajar siswa di rumah.
Saran-saran
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa teknik self monitoring yang disertai dengan penggunaan self reinforcement efektif untuk
menghasilkan perilaku belajar siswa di rumah, oleh karena itu peneliti
menyarankan kepada: pertama, guru mata pelajaran dan khususnya konselor di
sekolah hendaknya memanfaatkan teknik self
monitoring yang disertai dengan self reinforcement
untuk meningkatkan perilaku belajar di rumah. Kedua, untuk siswa hasil
penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi teknik meningkatkan perilaku
belajarnya atau membiasakan diri untuk belajar secara rutin di tumah. Ketiga,
kepada penelitian lain yang berminat dalam bidang pendidikan, dapat
memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai bahan masukan guna mengadakan penelitian
(tindakan) lain yang sejenis lebih lanjut. Antara lain dengan menggunakan
variabel lain seperti mengerjakan PR,
menyelesaikan tugas yang lain, maupun perilaku siswa dalam mengikuti pelajaran
secara efektif di kelas, seperti mengerjakan tugas, memperhatikan guru, aktif
dalam diskusi dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Adi, Kukuh J., 2006. Efektivitas Penggunaan APTL untuk
Mengurangi Tingkah Laku Mengacau di dalam Kelas. Edusaintek Jurnal Pendidikan, Sains dan Teknologi. Vol. 2. NO. 1. STKIP PGRI Situbondo
Bellack, A.S. dan Hansen, M., 1977. Behavior Modification: An Introductory
Texbook. New York: Oxford University Press
Dahar, R.W., 1988. Teori-teori
Belajar. Jakarta :
Depdikbud P2LPTK
Danusastro, Suharjo.,
1985. Seri Teknologi Pendidikan:
Pengontrolan Diri Keperilakuan. Solo: Puslitbangjari Universitas Negeri
Sebelas Maret
DePorter, Bobbi and Hernacki, Mike., 2005. Quantum Learning Membiasakan Belajar Nyaman
dan Menyenangkan. Bandung: Kaifa
DePorter, B., Reardon, M., and Nourie, S.S., 2005. Quantum Teaching
Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang-ruang Kelas. Bandung : Kaifa
Glover, Derek and Law Sue., 2005. Memperbaiki
Pembelajaran Praktek Profesional di Sekolah Menengah. Jakarta :
Gramedia Widiasarana Indonesia
Nasar. 2006. Merancang Pembelajaran Aktif dan Kontekstual berdasarkan
“Sisko” 2006. Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia
Nur, M., Wikandari, P.R. dan Sugiarto, B., 1999. Teori Belajar. Surabaya: Unesa University Press
Petersen, Lindy., 2004. Bagaimana Memotivasi Anak Belajar. Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia
Prawitasari Johana E., 1989. Pemantauan Diri: Salah
satu Cara untuk Mengendalikan Ketegangan. Jurnal
Psikologi, Tahun XVII Nomor 1. Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada
Ratumanan, T.G., 2002. Belajar dan Pembelajaran.Surabaya: Unesa University Press
Rehm, L.P., Kaslow, N.J., dan Rabice, A.S., 1987. Cognitive and
Behavior Targets in a Self-Control Therapy Program for a Depression, Jurnal of Consulting and Clinical
Psychology, 55, 1
Subro, Seno., 1987. Dua Puluh Lima Langkah
Belajar yang Efesien. Solo: CV. Ramadhani
Sudarmanto, Y.B., 1983. Tuntunan Metodologi Belajar. Jakarta :
Gramedia Widiasarana Indonesia
Suryabrata, Sumadi., 1989. Proses Belajar Mengajar di Perguruan Tinggi.
Yogjakarta: Andi Offset
Wibowo, S., Bonang, E., dan Musono. A., 2000. Conditioning dan Prosses Belajar
Instrumental. Jakarta: Yayasan
Penerbit Universitas Indonesia
*Kukuh Jumi Adi adalah alumni FKIP Program BK UNS Solo tahun
1988, menyelesaikan Magister Psikologi di UNTAG Surabaya tahun 2001, Selain menjadi dosen juga sebagai
fungsionaris: Lembaga Layanan dan Konsultasi/Tes Psikologi, Pendidikan dan
Penelitian (LLKPP) Prima Utama Kabupaten Jember.
EFEKTIVITAS TEKNIK SELF MONITORING UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU BELAJAR DI RUMAH
4/
5
Oleh
Admin