Dra Tuti Hardjajani MSi Psi mengatakan ketua kelas
itu fungsinya sebagai penyambung lidah wali kelas
atau guru sehingga ketua kelas harus memenuhi
kriteria yang disepakati bersama.
”Secara fisik, sebenarnya yang layak jadi ketua kelas sudah bisa dilihat. Dari emosinya yang stabil, mudah bergaul, aktif secara mental dan santun dalam bersikap,” kata Tuti. Ketua kelas mempunyai tugas yang cukup berat, sambungnya, oleh karena itu harus memiliki konsisten dan memiliki komitmen pada tugas. ”Oleh karena itu harus percaya diri. Anak yang minder biasanya tidak mau dipilih jadi ketua kelas,” ungkap Tuti. Lebih lanjut dia mengatakan sosok ketua kelas biasanya anak yang sudah dikenal teman-temannya dan biasanya pandai bergaul, hangat dan bersahabat. Jika anak yang dipilih tidak mau menerima pilihan teman-temannya, sambung Tuti, guru harus peka terhadap situasi tersebut. ”Kalau ternyata yang dipilih tidak siap maka guru harus bisa memberi penguatan dan mengarahkan pada anak tersebut agar lebih percaya diri, ” lanjut psikolog yang juga dosen psikologi di Fakultas Kedokteran dan FKIP Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo. Menurut Tuti, menjadi ketua kelas itu sebagai latihan kepemimpinan, disiplin dan tanggung jawab. Selain itu bisa melatih kestabilan emosi anak. ”Ketua kelas yang baik itu harus siap dikritik dan mau melayani orang lain. Ini juga berlaku bagi pengurus kelas yang lain,” lanjutnya. Mandat ketua kelas dan pengurus kelas yang lain, imbuhnya, merupakan ajang latihan pendewasaan anak. ”Harus latihan untuk tidak memaksakan kehendaknya dan lebih mau mendengarkan keluhan teman-temannya.” Untuk penyegaran, jelas Tuti, pemilihan ketua kelas bisa dilakukan bergilir satu semester sekali atau satu tahun sekali. ”Jika terus-terusan dipilih juga kurang bijaksana sehingga perlu memberi kesempatan kepada yang lain untuk menjadi ketua kelas dan pengurus kelas lainnya,” tutur Tuti. - ema |
Dra Tuti Hardjajani MSi Psi, ”Ajang latihan kepemimpinan dan disiplin”
4/
5
Oleh
sendi