ABSTRACT
The
objective of this research was describing students’ social skill development
through multicultural understanding in councelling. This research employed the
descriptive qualitative one. The data were gained through observation,
interview and documentation. The process of data analysis were; 1) data
collection, 2) data reduction, 3) data display, and 4) data verification. While
the results of the research were: 1) the learning process were in four
variables, those were, teachers, students, learning process and product in the
form of students’ competence. A teacher had to be able to manage those four
variables so that teaching learning process could run well. The material
management of students’ social skill learning included delivering and
developing the material in teaching and learning, and 2) the interaction
management of social skill learning was aimed to increase of students’
motivation and competence, which could be seen from evaluation result.
PENDAHULUAN
Masyarakat
Ekonomi ASEAN (MEA) adalah realisasi tujuan akhir dari integrasi ekonomi yang
dianut dalam Visi 2020, yang didasarkan pada konvergensi kepentingan
negara-negara anggota ASEAN untuk memperdalam dan memperluas integrasi ekonomi
melalui inisiatif yang ada dan baru dengan batas waktu yang jelas. dalam
mendirikan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), ASEAN harus bertindak sesuai dengan
prinsip-prinsip terbuka, berorientasi ke luar, inklusif, dan berorientasi pasar
ekonomi yang konsisten dengan aturan multilateral serta kepatuhan terhadap
sistem untuk kepatuhan dan pelaksanaan komitmen ekonomi yang efektif berbasis
aturan.
Masyarakat
Ekonomi ASEAN (MEA) akan membentuk ASEAN sebagai pasar dan basis produksi
tunggal membuat ASEAN lebih dinamis dan kompetitif dengan mekanisme dan
langkah-langkah untuk memperkuat pelaksanaan baru yang ada inisiatif ekonomi;
mempercepat integrasi regional di sektor-sektor prioritas; memfasilitasi
pergerakan bisnis, tenaga kerja terampil dan bakat; dan memperkuat kelembagaan
mekanisme ASEAN. Sebagai langkah awal untuk mewujudkan Masyarakat Ekonomi
ASEAN.
Salah satu
tujuan pendidikan menengah umum adalah untuk mengembangkan nilai-nilai dan
keterampilan sosial. Nilai-nilai sosial sangat penting bagi anak didik, karena
berfungsi sebagai acuan bertingkah laku terhadap sesamanya, sehingga dapat
diterima di masyarakat. Nilai-nilai itu antara lain, seperti kasih sayang,
tanggung jawab, dan keserasian hidup.
Adapun
keterampilan sosial mempunyai fungsi sebagai sarana untuk memperoleh hubungan
yang baik dalam berinteraksi dengan orang lain; contoh: melakukan penyelamatan
lingkungan, membantu orang lain, kerja sama, mengambil keputusan,
berkomunikasi, wirausaha, dan partisipasi.
Pengembangan nilai-nilai dan keterampilan sosial tersebut merupakan hal yang harus dicapai oleh pendidikan menengah umum. Hal itu karena anak didik merupakan makhluk sosial yang akan hidup di masyarakat (Raven dalam Achmad, 2005: 3).
Pengembangan nilai-nilai dan keterampilan sosial tersebut merupakan hal yang harus dicapai oleh pendidikan menengah umum. Hal itu karena anak didik merupakan makhluk sosial yang akan hidup di masyarakat (Raven dalam Achmad, 2005: 3).
Keterampilan
sosial yang perlu dimiliki siswa, menurut John Jarolimek mencakup: (1) Living
and working together; taking turns; respecting the rights of others; being
socially sensitive (bekerjasama, toleransi, menghormati hak-hak orang lain,
dan memiliki kepekaan sosial); (2) Learning self-control and self-direction
(memiliki control diri); (3) Sharing ideas and experience with others
(berbagi pendapat dan pengalaman dengan orang lain).
Terkait
dengan perwujudan MEA, keterampilan sosial siswa SMA sangat perlu
dikembangkan, karena siswa SMA masih pada usia mencari jati diri dan pada saat
itu adalah masa merindu-puja (masa membutuhkan teman), sehingga perlu bimbingan
dengan ajaran yang memiliki landasan yang benar. Salah satu konsep pendidikan
yang terkait dengan pengembangan keterampilan siswa adalah pemahaman siswa
mengenai masyarakat multikultural.
Masyarakat multikultural adalah masyarakat yang terdiri dari dua atau lebih komunitas (kelompok) yang secara kultural dan ekonomi terpisah-pisah serta memiliki struktur kelembagaan yang berbeda-beda satu sama lain (Furnivall dalam Muin, 2006: 121). Dalam masyarakat multikultural, para anggota masyarakatnya menganut berbagai sistem nilai yang dianut oleh berbagai kesatuan sosial sehingga mereka kurang memiliki loyalitas terhadap masyarakat sebagai suatu keseluruhan, kurang memiliki homogenitas kebudayaan, atau bahkan kurang memiliki dasar-dasar untuk saling memahami satu sama lain (Nasikun dalam Muin, 2006: 122).
Masyarakat multikultural adalah masyarakat yang terdiri dari dua atau lebih komunitas (kelompok) yang secara kultural dan ekonomi terpisah-pisah serta memiliki struktur kelembagaan yang berbeda-beda satu sama lain (Furnivall dalam Muin, 2006: 121). Dalam masyarakat multikultural, para anggota masyarakatnya menganut berbagai sistem nilai yang dianut oleh berbagai kesatuan sosial sehingga mereka kurang memiliki loyalitas terhadap masyarakat sebagai suatu keseluruhan, kurang memiliki homogenitas kebudayaan, atau bahkan kurang memiliki dasar-dasar untuk saling memahami satu sama lain (Nasikun dalam Muin, 2006: 122).
Pembelajaran
tentang nilai – nilai tersebut masuk dalam kategori pendidikan budi pekerti.
Pendidikan budi pekerti memiliki esensi yang sama dengan pendidikan moral dan
akhlak. Tujuannya adalah membentuk peserta didik menjadi manusia yang baik,
masyarakat dan warga Negara yang baik (Zakaria, 2000: 479).
Hal ini
sesuai dengan bunyi pasal 3 Undang – Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang berbunyi pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
Guru
memegang peranan sentral dalam proses belajar mengajar. Guru mempersiapkan
pengelolaan pembelajaran dengan baik meliputi perencanaan dan pelaksanaan
kegiatan pembelajaran. Hal ini dilakukan supaya tujuan pembelajaran dapat
tercapai. Konsep pembelajaran yang baru secara otomatis juga mempengaruhi perencanaan
dan pelaksanaan kegiatan kegiatan pembelajaran, termasuk mata pelajaran
Sosiologi yang telah berdiri sendiri sebagai mata pelajaran sejak tahun 1994.
Proses
pendidikan tentang pemahaman masyarakat multikultural sebagai keterampilan
siswa menjadi tema penting untuk membentuk warga negara yang baik dan bermoral.
Oleh karena itu, penelitian tentang pendidikan pemahaman tentang masyarakat
multikultural sebagai keterampilan sosial siswa penting dilakukan untuk
menjawab persoalan-persoalan diatas.
Guru BK
memunyai tugas khusus dalam bimbingan dan konseling (menurut Surat Keputusan
Bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan Kepala Badan Administrasi
Kepegawaian Nasional Nomor 25 Tahun 1993). Dengan kata lain, konselor sekolah
memunyai peran dan tugas yang terkait dengan pendidikan karakter. Pada
hakikatnya, peranan BK adalah mendampingi siswa dalam beberapa hal, antara lain
dalam perkembangan belajar/akademis, mengenal diri sendiri dan peluang masa
depan mereka, menentukan cita-cita dan tujuan dalam hidupnya, dan menyusun
rencana yang tepat untuk mencapai tujuan-tujuan itu, serta mengatasi masalah
pribadi (kesulitan belajar, masalah hubungan dengan teman, atau masalah dengan
keluarga).
Tujuan
penelitian ini adalah mendeskripsikan pengembangan keterampilan sosial siswa
melalui pemahaman multikultural dalam bimbingan konseling.
METODOLOGI
Pendekatan
dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan penelitian kualitatif.
Penelitian ini merupakan sebuah penelitian deskriptif kualitatif dengan
menggunakan pendekatan etnografi. Inti dari etnografi adalah upaya
memperhatikan makna tindakan dari kejadian yang menimpa orang yang ingin kita
pahami. Beberapa makna ini terekpresi secara langsung dalam bahasa. Banyak yang
diterima dan disampaikan secara tidak langsung melalui kata dan perbuatan
(Spradley, 2006:3-5).
Penelitian jenis ini sangat mengharapkan peneliti untuk datang langsung ke tempat penelitian sebagai wujud dari keterlibatan peneliti dalam setiap tahap-tahap penelitian. Dengan demikian, dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti datang langsung ke tempat penelitian, yaitu SMAN Kerjo Kabupaten Karanganyar.
Penelitian jenis ini sangat mengharapkan peneliti untuk datang langsung ke tempat penelitian sebagai wujud dari keterlibatan peneliti dalam setiap tahap-tahap penelitian. Dengan demikian, dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti datang langsung ke tempat penelitian, yaitu SMAN Kerjo Kabupaten Karanganyar.
Nara sumber
penelitian ini adalah kepala sekolah SMAN Kerjo, guru BK, dan siswa SMAN Kerjo.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode pengamatan
berpartisipasi, wawancara mendalam dan analisis dokumen.
Kajian teori
yang digunakan sebagai landasan dalam penelitian ini adalah Teori
Multikultural. Banks (1993) dalam Mahfud (2009: 175) mendefinisikan pendidikan
multikultural sebagai pendidikan untuk people of color. Artinya,
pendidikan multikultural ingin mengeksplorasi perbedaan sebagai keniscayaan
(anugrah tuhan / sunatullah). Pendidikan multikultural merupakan respon
terhadap perkembangan keragaman populasi sekolah, sebagaimana tuntutan
persamaan hak bagi setiap kelompok.
Pendidikan multicultural memiliki dimensi yang berkaitan satu dengan yang lain, yaitu : (1) Content Integration, yaitu mengintegrasikan berbagai budaya dan kelompok untuk mengilustrasikan konsep mendasar, generalisasi dan teori dalam mata pelajaran. (2) The knowledge integration process, yaitu membawa siswa untuk memahami implikasi budaya dalam sebuah mata pelajaran (disiplin). (3) An equity pedagogy, yaitu menyesuaikan metode pengajaran dengan cara belajar siswa dalam rangka memfasilitasi prestasi akademik siswa yang beragam dari berbagai ras, budaya (culture), atau sosial. (4) Prejudice reduction, yaitu mengidentifikasi karakteristik ras siswa dan menentukan mpengajaran yang tepat Banks dalam Mahfud, 2009: 177).
Pendidikan multicultural memiliki dimensi yang berkaitan satu dengan yang lain, yaitu : (1) Content Integration, yaitu mengintegrasikan berbagai budaya dan kelompok untuk mengilustrasikan konsep mendasar, generalisasi dan teori dalam mata pelajaran. (2) The knowledge integration process, yaitu membawa siswa untuk memahami implikasi budaya dalam sebuah mata pelajaran (disiplin). (3) An equity pedagogy, yaitu menyesuaikan metode pengajaran dengan cara belajar siswa dalam rangka memfasilitasi prestasi akademik siswa yang beragam dari berbagai ras, budaya (culture), atau sosial. (4) Prejudice reduction, yaitu mengidentifikasi karakteristik ras siswa dan menentukan mpengajaran yang tepat Banks dalam Mahfud, 2009: 177).
Pendidikan
multikultural di Indonesia perlu memakai kombinasi yang ada yaitu mencakup tiga
jenis transformasi yaitu: (1) transformasi diri; (2) transformasi sekolah dan
proses belajar mengajar dan; (3) transformasi masyarakat (Mahfud, 2009:
200-201). Wacana pendidikan multikultural akan terus berkembang seperti bola
salju (snow ball) yang semakin besar dan diperbincangkan. Wacana
pendidikan multikultural akan dapat diberlakukan dalam dunia pendidikan di
Indonesia terwujud dalam kurikulum, materi, dan metode.
Urgensi
pendidikan multikultural di Indonesia adalah:
1.
Pendidikan Multikultural Sebagai sarana Alternatif Pemecahan Konflik
Spektrum
masyarakat Indonesia yang beragam menjadi tantangan bagi dunia pendidikan di
Indonesia guna mengolah pendapat tersebut menjadi suatu aset, bukan sumber
perpecahan. Pendiodikan multikultural memiliki dua tanggung jawab besar yaitu
menyiapkan bangsa Indonesia untuk siap menghadapi arus budaya luar di era
globalisasi, dan ‘menyatukan’ bangsa sendiri yang terdiri berbagai macam budaya
(Mahfud, 2009: 216).
2. Supaya
Siswa Tidak Tercerabut dari Akar Budaya
Dalam era
globalisasi ini, pertemuan antarbudaya menjadi ancaman serius bagi anak didik.
Untuk mensikapi realitas global tersebut, siswa hendaknya diberi penyadaran
akan pengetahuan yang beragam, sehingga mereka memiliki kompetensi yang luas
akan pengetahuan global, termasuk aspek pengetahuan (Mahfud, 2009: 219).
3. Sebagai
landasan Pengembangan Kurikulum Nasional
Dalam
melakukan pengembangan kurikulum sebagai titik tolak dalam proses belajar
mengajar, atau guna memberikan sejumlah materi dan isi pelajaran yang harus
dikuasai oleh siswa dengan ukuran atau tingkatan tertentu, pendidikan
multicultural sebagai landasan pengembangan kurikulum menjadi sangat penting
(Mahfud, 2009: 222).
4. Menuju
Masyarakat Indonesia yang Multikultural
Acuan utama
bagi terwujudnya masyarakat Indonesia yang multicultural adalah
multikultulturalisme, yaitu sebuah ideology yang mengakui dan mengagungkan
perbedaan dalam kesederajatan baik secara individual maupun secara kebudayaan.
Model multikulturalisme ini adalah sebenarnya telah digunakan sebagai acuan
oleh para pendiri bangsa (founding fathers) Indonesia dalam mendesain
apa yang dinamakan sebagai kebudayaan bangsa, sebagaimana terungkap dalam
penjelasan pasal 32 UUD 1945, yang berbunyi: “kebudayaan bangsa (Indonesia)
adalah puncak kebudayaan di daerah” (Mahfud, 2009: 235-236).
Dengan
memahami tentang masyarakat multikultural, maka siswa dapat mengembangkan
keterampilan sosial yang dimiliknya yaitu bekerjasama, menghormati hak-hak orang
lain dan saling toleransi.
Pemahaman
multikultural di sekolah merupakan tanggung jawab semua guru, termasuk
guru BK. Oleh karena itu perang guruterutama guru BK sangat berperang penting
dalam pelaksanaan pemahaman multikultural.
Pada
dasarnya bimbingan merupakan upaya pembimbingan untuk membantu mengoptimalkan
individu Berdasarkan pasal 27 peraturan pemerintah No 29/90, “ Bimbingan
merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan
pribadi, mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan”.
Bimbinagn
dalam rangka menemukan pribadi dimaksud agar peserta didik mengenal kekuatan
dan kelemahan dirinya sendiri serta menerimanya secara positif dan dinamis
sebagai modal mengenal lingkungan dimaksudkan agar peserta didik mengenal secara
objektif lingkungan baik lingkungan sosial dan lingkungan fisik dan menerima
berbagai kondisi lingkungan itu secara positif dan dinamis.
Pengenalan lingkungan itu yang meliputi pengenalan lingkungan rumah, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat dan alam sekitar serta lingkungan yang lebih luas. Diharapkan menunjang proses penyusaiyan diri peserta didik dengan lingkungan yang dimaksud serta dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk pengembangan diri secara mantap dan bekerlanjutan. Sedangkan bimbinga dalam rangka merencanakan masa depan dimaksud agar peserta didik mampu mempertimbangkan dan mengambil keputusan tentang masadepan dirinya, baik yang menyangkut bidang pendidikan, bidang karier maupun bidang budaya, keluarga dan kemasyarakatan.
Pengenalan lingkungan itu yang meliputi pengenalan lingkungan rumah, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat dan alam sekitar serta lingkungan yang lebih luas. Diharapkan menunjang proses penyusaiyan diri peserta didik dengan lingkungan yang dimaksud serta dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk pengembangan diri secara mantap dan bekerlanjutan. Sedangkan bimbinga dalam rangka merencanakan masa depan dimaksud agar peserta didik mampu mempertimbangkan dan mengambil keputusan tentang masadepan dirinya, baik yang menyangkut bidang pendidikan, bidang karier maupun bidang budaya, keluarga dan kemasyarakatan.
Selain itu
pakar bimbingan lain mengungkapkan bahwa : Bimbingan ialah suatu proses
pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis dari pembimbingan kepada
yang dibimbing agar tercapai kemandirian dalam pemahaman diri dan perwujudan
diri dalam mencapai tingkat pertimbangan yang optimal dan penyusaian diri
dengan lingkungannya (Surya 1988 : 12).
Konseling
merupakan bagian dari bimbingan, baik sebagai layanan maupun sebagai teknik.
“layanan konseling adalah jantung hati layanan bimbingan secara kesuluruhan
jadi konseling merupakan inti dari alat yang paling penting dalam bimbingan”.
Konseling merupakan suatu jenis layanan yang merupakan bagian terpadu dari
bimbingan, konseling dapat diartikan sebagai hubungan timbal balik antara dua
individu dimana yang seorang konselor berusaha membantu yang lain (yaitu klien)
untuk mencapai pengertian tentang dirinya sendiri dalam hubungan dengan
masalah-masalah yang dihadapinya pada waktu yang akan datang.
Layanan bimbingan yang memungkinkan peserta didik dan pihak-pihak lain yang dapat memberikan pengaruh yang besar kepada peserta didik (terutama orang tua) menerima dan memahami informasi yang dapat di pergunakan sebagai bahan pertimbangan keputusan sehari-hari sebagai pelajar, anggota keluarga dan masyarakat. Layanan informasi menyangkut :
1. Tugas-tugas perkembangan masa remaja akhir tentang kemampuan dan perkembangan pribadi.
2. Usaha yang dapat dilakukan dalam mengenal bakat, minat, serta buntuk-buntuk penyaluran dan pengembangannya.
3. Tata tertib sekolah, cara bertingka laku, tata krama dan sopan santun.
4. Nilai-nilai sosial, adat istiadat, upaya yang berlaku dan berkembang di masyarakat.
5. Mata pelajaran dan perbandinganya seperti program inti, program khusus dan program tambahan.
6. Sistem penjurusan, kenaikan kelas, syarat-syarat mengikuti EBTA/EBTANAS
7. Fasilitas Penunjang/sumber belajar.
8. Cara mempersiapkan diri dan belajar disekolah.
9. Syarat-syarat memasuki swatu jabatan, kondisi jabatan karier serta prospek.
10. Memasuki perguruan tinggi yang selajalan dengan cita-cita karier.
11. pelaksanaan pelayanan bantuan untuk maslah pribadi sosial, belajar dan karier.
Layanan bimbingan yang memungkinkan peserta didik dan pihak-pihak lain yang dapat memberikan pengaruh yang besar kepada peserta didik (terutama orang tua) menerima dan memahami informasi yang dapat di pergunakan sebagai bahan pertimbangan keputusan sehari-hari sebagai pelajar, anggota keluarga dan masyarakat. Layanan informasi menyangkut :
1. Tugas-tugas perkembangan masa remaja akhir tentang kemampuan dan perkembangan pribadi.
2. Usaha yang dapat dilakukan dalam mengenal bakat, minat, serta buntuk-buntuk penyaluran dan pengembangannya.
3. Tata tertib sekolah, cara bertingka laku, tata krama dan sopan santun.
4. Nilai-nilai sosial, adat istiadat, upaya yang berlaku dan berkembang di masyarakat.
5. Mata pelajaran dan perbandinganya seperti program inti, program khusus dan program tambahan.
6. Sistem penjurusan, kenaikan kelas, syarat-syarat mengikuti EBTA/EBTANAS
7. Fasilitas Penunjang/sumber belajar.
8. Cara mempersiapkan diri dan belajar disekolah.
9. Syarat-syarat memasuki swatu jabatan, kondisi jabatan karier serta prospek.
10. Memasuki perguruan tinggi yang selajalan dengan cita-cita karier.
11. pelaksanaan pelayanan bantuan untuk maslah pribadi sosial, belajar dan karier.
HASIL DAN
PEMBAHASAN
Bimbingan
konseling adalah bentuk sebuah layanan yang diadakan di sekolah-sekolah.
Bimbingan konseling sangat berperan aktif dalam perkembangan pendidikan di
sekolah. Bimbingan konseling memberikan kontribusinya dalam beberapa pelayanan
yang diberikan kepada siswa agar terwujud harapan yang diinginkan.
Dalam
perjalannya, bimbingan konseling memberikan pelayanannya secara optimal, guna
pencapaian visi dan misi yang hendak dicapai.
Layanan
bimbingan konseling di SMAN Kerjo diberikan untuk menyelesaikan masalah-masalah
atau problematika yang dihadapi siswa, selain itu bimbingan konseling juga di
arahkan dalam perubahan perilaku siswa jangka lebih lanjut yaitu pembentukan
keterampilan sosial siswa. Keterampilan sosial siswa yang diinginkan
suatu sekolah adalah karakter siswa yang baik karakter siswa yang mengarah ke
perubahan positif bagi kemajuan dan perkembangan sekolah.
Bimbingan
konseling hadir dalam ranah pendidikan diharapkan mampu berkontribusi dalam
perubahan perilaku siswa ke arah yang lebih baik lagi. Bimbingan konseling
berpengaruh dngan pembentukan karakter siswa, meskipun secara genetis karakter
siswa merupakan unsur bawaan, akan tetapi faktor lingkungan, teman dan
sebagainya sangat berpengaruh. Bimbingan konseling memberikan layanan-layanan
yang sesuai dengan setiap permasalahan yang dihadapi siswa untuk mendapatkan
penyelesaian dan pada akhirnya penyelesaian itu memberikan peluang kepada siswa
untuk merubah tingkah lakunya terwujud dalam pembentukan karakter atau watak
khas yang ada pada individu.
Bimbingan
konseling memiliki fungsi perbaikan yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang
akan menghasilkan terpecahnya atau teratasinya berbagai permasalahan yang
dialami siswa. Hal ini juga sama dengan pembentukan karakter yang juga memiliki
fungsi perbaikan yaitu membenahi karakter siswa yang pada akhirnya mewujudkan
karakter yang baik dan berpotensi sebagai peserta didik yang bermartabat.
Upaya-upaya ini dilakukan untuk memperbaiki perilaku siswa yang menyimpang serta membentuk keterampilan sosial siswa SMAN Kerjo antara lain sebagai berikut:
Upaya-upaya ini dilakukan untuk memperbaiki perilaku siswa yang menyimpang serta membentuk keterampilan sosial siswa SMAN Kerjo antara lain sebagai berikut:
1)
Memberikan penyuluhan kelompok sebagai wujud tindakan preventif atau pencegahan
pra siswa melakukan penyimpangan.
2) Planing
atau tahap perencanaan yaitu berupa pendataan siswa-siswa bermasalah yang
dicatat dalam DCM (daftar catatan masalah)
3) Eksekusi
yaitu memanggil siswa–siswa yang bermasalah untuk diberikan layanan bimbingan
termasuk bimbingan kuratif yaitu bimbingan pasca siswa mendapatkan permasalahan
.
4)
Mendatangkan orang tua jika memang itu diperlukan untuk ikut membantu
menyelesaikan masalah yang dihadapi.
5) Proses
evaluasi dan tindak lanjut yaitu mengamati permasalahan itu, sampai mana
penyelesaian nya atau studi kasus.
6)
Konferensi kasus, jika permasalahan sudah terlalu parah dan berat.
Terkait
upaya guru BK dalam meningkatkan keterampilan sosial siswa melalui pemahaman
multikultural dalam rangka menyongsong MEA, dalam merencanakan pembelajaran
keterampilan sosial siswa melalui pemahaman multikultural di SMAN Kerjo pada
pelajaran BK langkah yang ditempuh guru adalah dengan menyusun satuan layanan.
Proses pembelajaran berada dalam empat variabel yaitu pendidik, peserta didik,
proses pembelajaran, dan variabel produk berupa perkembangan peserta didik baik
jangka pendek maupun jangka panjang. Guru harus dapat mengelola empat variabel
tersebut agar proses belajar berjalan dengan lancar.
Untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang optimal, maka keempat variabel pembelajaran
tersebut harus dikelola dengan baik. Kesesuaian ini ditunjukkan pada saat
tindak mengajar yang diwali dengan pengkondisian situasi belajar untuk
mempersiapkan kondisi siswa, yang dilanjutkan dengan menginformasikan materi
layanan, serta menggunakan alat dan media agar lebih mudah dalam manyampaikan
materi yang diakhiri dengan evaluasi. Sementara itu, cara-cara berketerampilan
sosial yang dapat dikembangkan kepada siswa adalah sebagai berikut:
a) Membuat
rencana dengan orang lain;
b)
Berpartisipasi aktif secara sosial dalam usaha meneliti sesuatu;
c)
Berpartisipasi aktif secara produktif dalam diskusi kelompok;
d) Menjawab
secara sopan pertanyaan orang lain;
e) Memimpin
diskusi kelompok;
f) Bertindak
secara bertanggung jawab; dan
g) Menolong
orang lain.
Agar
keterampilan sosial siswa dapat berkembang dengan baik dalam maka hal itu
tergantung pada:
- Interaksi atau individu dalam suatu kelompok, yaitu bisa terlaksana apabila individu dalam kelompok telah dibekali dengan berbagai keterampilan sosial di mana salah satunya adalah : cara berbicara, cara mendengar, cara memberi pertolongan, dan lain sebagainya; serta
- Suasana dalam suatu kelompok, yaitu suasana kerja dalam kelompok itu hendaknya memberi kesan semua anggota, bahwa mereka dianggap setaraf (equal), khususnya dalam pengembangan keterampilan sosial.
Pelaksanaan
bimbingan konseling juga memerlukan penggunaan alat dan media pembelajaran.
Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan
pesan dan merangsang terjadinya proses belajar pada siswa.
Dengan adanya alat dan media pembelajaran diharapkan dapat mendukung proses pelaksanaan bimbingan konseling di SMAN Kerjo. Strategi pelaksanaan pembelajaran juga telah disesuaikan dengan kurikulum, dimana metode yang digunakan ialah, ceramah, tanya jawab, demonstrasi, diskusi, dan pemberian tugas.
Media dan alat peraga yang digunakan juga mengacu pada kurikulum KTSP dan bertujuan untuk bimbingan konseling pada siswa. Media dan alat peraga juga digunakan untuk membantu pelaksanaan bimbingan konseling di SMAN Kerjo. Penggunaan media dan alat peraga ditujukan untuk meningkatkan motivasi siswa dalam belajar karena siswa lebih mudah memahami materi yang diberikan karena mendapatkan contoh yang lebih jelas.
Dengan adanya alat dan media pembelajaran diharapkan dapat mendukung proses pelaksanaan bimbingan konseling di SMAN Kerjo. Strategi pelaksanaan pembelajaran juga telah disesuaikan dengan kurikulum, dimana metode yang digunakan ialah, ceramah, tanya jawab, demonstrasi, diskusi, dan pemberian tugas.
Media dan alat peraga yang digunakan juga mengacu pada kurikulum KTSP dan bertujuan untuk bimbingan konseling pada siswa. Media dan alat peraga juga digunakan untuk membantu pelaksanaan bimbingan konseling di SMAN Kerjo. Penggunaan media dan alat peraga ditujukan untuk meningkatkan motivasi siswa dalam belajar karena siswa lebih mudah memahami materi yang diberikan karena mendapatkan contoh yang lebih jelas.
Model
penilaian yang dilakukan misal dari keaktifan, test, kekompakan, penguasaan
meteri. Guru lebih mementingkan penilaian proses yaitu melalui pengamatan dan
panilaian, karena kalau hanya mengandalkan hasil evaluasi akhir, hal tersebut
tidak akurat.
Dalam penilaian mata pelajaran BK ada 2 (dua) aspek yaitu aspek penguasaan konsep dan aspek penerapan konsep. Penguasaan konsep dapat dilihat misalnya dengan hasil ulangan, dalam diskusi seperti kemampuan menyampaikan materi, mengemukakan pendapat, menjawab pertanyaan, menaggapi pendapat orang lain dan sebagainya. Sedangkan aspek penerapan seperti dari tugas-tugas, kegiatan menciptakan benda seni, kedisplinan, kerjasama antar teman dan lain-lain.
Dalam penilaian mata pelajaran BK ada 2 (dua) aspek yaitu aspek penguasaan konsep dan aspek penerapan konsep. Penguasaan konsep dapat dilihat misalnya dengan hasil ulangan, dalam diskusi seperti kemampuan menyampaikan materi, mengemukakan pendapat, menjawab pertanyaan, menaggapi pendapat orang lain dan sebagainya. Sedangkan aspek penerapan seperti dari tugas-tugas, kegiatan menciptakan benda seni, kedisplinan, kerjasama antar teman dan lain-lain.
PENUTUP
Karakteristik
materi pembelajaran keterampilan sosial siswa SMAN Kerjo meliputi pembelajaran
pemahaman masyarakat multikultural dan budi pekerti. Kegiatan pembelajaran
tersebut mendasarkan pada pengakuan adanya kesederajatan yang terjadi pada
interaksi siswa dengan siswa, dan siswa dengan guru tanpa mengesampingkan norma
kesopanan dan kesusilaan yang berlaku. Dalam kegiatan pembelajaran
mengembangkan keterampilan sosial siswa, guru menggunakan unsur-unsur penting
dalam kehidupan masyarakat secara nyata sebagai sumber belajar.
Tujuannya disamping agar siswa merasa dekat dan mengenal lingkungan kehidupan di sekitarnya, juga ada keterkaitan langsung antara bahan dan kegiatan belajar siswa dengan kenyataan kehidupan yang sebenarnya. Dalam kegiatan belajar dan mengajar keterampilan sosial siswa di SMAN Kerjo menggunakan buku pegangan serta buku pendamping, selain itu juga menggunakan media dan alat peraga yang ada di sekolah.
Tujuannya disamping agar siswa merasa dekat dan mengenal lingkungan kehidupan di sekitarnya, juga ada keterkaitan langsung antara bahan dan kegiatan belajar siswa dengan kenyataan kehidupan yang sebenarnya. Dalam kegiatan belajar dan mengajar keterampilan sosial siswa di SMAN Kerjo menggunakan buku pegangan serta buku pendamping, selain itu juga menggunakan media dan alat peraga yang ada di sekolah.
Karakteristik
proses interaksi dalam pembelajaran keterampilan sosial siswa di SMAN Kerjo
terdiri dari tindak mengajar, tindak belajar dan strategi pelaksanaan. kegiatan
tatap muka, kegiatan tugas terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak terstruktur.
Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan guru BK dalam mengembangkan keterampilan sosial siswa, yaitu konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa, dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan 7 komponen pembelajaran kontekstual yang meliputi konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan (inquiri), masyarakat belajar (Learning Comunity), pemodelan (modeling), refleksi (Reflection), dan penilaian sebenarnya (Authentic Assesment).
Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan guru BK dalam mengembangkan keterampilan sosial siswa, yaitu konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa, dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan 7 komponen pembelajaran kontekstual yang meliputi konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan (inquiri), masyarakat belajar (Learning Comunity), pemodelan (modeling), refleksi (Reflection), dan penilaian sebenarnya (Authentic Assesment).
DAFTAR
PUSTAKA
Mahfud,
Choirul. 2006. Pendidikan Multikultural. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Muin,
Idianto. Sosiologi SMA / MA untuk Kelas XI. Jakarta: Penerbit Erlangga
Prayitno
& Erman Amti. 2004. Dasar-Dasar Bimbingan Konseling Jakarta: Ghalia
Indonesia
Spradley,
James. 2006. Metode Etnografi. Yogyakarta: PT Tiara Wacana
Dra. Sri Muji Wahyuti, M.Pd., Kons,
adalah alumni Program Studi Bimbingan dan Konseling,
FKIP, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Pengembangan Keterampilan Sosial Siswa Melalui Pemahaman Multikultural Dalam Bimbingan Konseling
4/
5
Oleh
Admin