Peran teman sebaya untuk membantu memecahkan masalah kaum remaja, siswa sekolah, atau mahasiswa, ternyata sangat dibutuhkan. Metode itu, membuka ruang kepercayaan bagi sahabat atau teman seusia untuk membantu menyelami masalah. Remaja, pada umumnya, bersikap kurang terbuka pada orang tua, atau guru.
Kendati demikian mereka sangat mempercayai sahabat terdekat. "Guna membantu mengatasi permasalahan di lingkungan remaja, terutama siswa di lingkungan sekolah, dipandang perlunya melibatkan peran konselor atau pembimbing sebaya. Konselor sebaya dapat berasal dari siswa atau sahabat yang memiliki tugas sebagai kepanjangan tangan guru atau dosen," terang pakar bimbingan konseling Universitas Negeri Malang (UM) Dr Adi Atmoko di Universitas PGRI Semarang (UPGRIS) baru-baru ini.
Dia berbicara, di forum diskusi dan seminar nasional bimbingan konseling yang di buka Rektor Dr Muhdi. Hadir pemateri pembanding dosen UPGRIS Dr Dini Rakhmawati.
Teman sebaya, dari kacamata psikologi, memiliki kelebihan. Misalnya, sifat yang lebih intim dan mudah membangun kepercayaan. Kondisi ini berbeda, dirasakan terhadap orang tua dan guru.
Rasa Canggung
"Bila tidak dengan sahabat sebaya yang akan muncul adalah rasa canggung, tertutup, dan tidak bisa jujur. Tapi, dengan seusia, maka mudah dibangun kepercayaan," urai Adi.
Dia menambahkan, melalui teman sebaya yang didaulat menjadi konselor maka proses pendampingan bagi remaja yang memiliki masalah dapat diberikan komprehensif. Namun, khusus untuk masalah remaja yang sudah akut serta melibatkan emosi, tetap harus diserahkan kepada konselor yang sesungguhnya.
Dosen BK UPGRIS Dini Rakhmawati menambahkan, kondisi permasalahan remaja kian rumit. Banyak dari mereka yang terjerumus perilaku berisiko. Misalnya, tawuran, pornografi, seks pranikah, hingga narkoba. Kondisi itu menuntut peran aktif para guru BK. Rektor Muhdi menambahkan butuh perhatian bersama untuk menyelamatkan generasi muda Indonesia. Mimbar akademik ini bagian dari upaya kampus itu, memberikan sumbang saran. (Suaramerdeka.com)
Kendati demikian mereka sangat mempercayai sahabat terdekat. "Guna membantu mengatasi permasalahan di lingkungan remaja, terutama siswa di lingkungan sekolah, dipandang perlunya melibatkan peran konselor atau pembimbing sebaya. Konselor sebaya dapat berasal dari siswa atau sahabat yang memiliki tugas sebagai kepanjangan tangan guru atau dosen," terang pakar bimbingan konseling Universitas Negeri Malang (UM) Dr Adi Atmoko di Universitas PGRI Semarang (UPGRIS) baru-baru ini.
Dia berbicara, di forum diskusi dan seminar nasional bimbingan konseling yang di buka Rektor Dr Muhdi. Hadir pemateri pembanding dosen UPGRIS Dr Dini Rakhmawati.
Teman sebaya, dari kacamata psikologi, memiliki kelebihan. Misalnya, sifat yang lebih intim dan mudah membangun kepercayaan. Kondisi ini berbeda, dirasakan terhadap orang tua dan guru.
Rasa Canggung
"Bila tidak dengan sahabat sebaya yang akan muncul adalah rasa canggung, tertutup, dan tidak bisa jujur. Tapi, dengan seusia, maka mudah dibangun kepercayaan," urai Adi.
Dia menambahkan, melalui teman sebaya yang didaulat menjadi konselor maka proses pendampingan bagi remaja yang memiliki masalah dapat diberikan komprehensif. Namun, khusus untuk masalah remaja yang sudah akut serta melibatkan emosi, tetap harus diserahkan kepada konselor yang sesungguhnya.
Dosen BK UPGRIS Dini Rakhmawati menambahkan, kondisi permasalahan remaja kian rumit. Banyak dari mereka yang terjerumus perilaku berisiko. Misalnya, tawuran, pornografi, seks pranikah, hingga narkoba. Kondisi itu menuntut peran aktif para guru BK. Rektor Muhdi menambahkan butuh perhatian bersama untuk menyelamatkan generasi muda Indonesia. Mimbar akademik ini bagian dari upaya kampus itu, memberikan sumbang saran. (Suaramerdeka.com)
Peran Teman Sebaya Dalam Pemecahan Masalah Teman
4/
5
Oleh
Admin