Pendekatan Dua Pulau Satu Perahu, Untuk Menolong Siswa Bermasalah

Sekitar 100 guru bimbingan konseling (BK) SMA dan SMP di Jakarta mendapat sesi pelatihan dalam menghadapi siswa bermasalah di sekolah, Selasa (18/4). Pelatihan ini digelar oleh Education New Zealand dan agen pendidikan internasional Fortrust.

Pembicaranya seorang konsultan dan terapis asal Selandia Baru, Dr Donald McMenamin yang bekerja di University of Waikato.

Pendekatan Dua Pulau Satu Perahu untuk menolong siswa bermasalah.
Dr Donald McMenamin dari Universitas Waikato, Selandia Baru, saat melatih guru-guru BK (via http://student.cnnindonesia.com)

Dalam pelatihan tersebut, McMenamin mengenalkan pendekatan 'Two Island and A Boat' atau Dua Pulau Satu Perahu untuk menghadapi siswa bermasalah di sekolah menengah.


"Di Selandia Baru, pekerjaan saya sama dengan Anda semua," kata McMenamin kepada para guru itu.

Pendekatan "Two Islands and A Boat" didesain untuk membantu guru memecahkan masalah anak-anak di sekolah, sehingga anak-anak itu tak perlu sampai dikeluarkan dari sekolah gara-gara perbuatan mereka.

"Di sekolah itu pasti ada anak-anak yang bermasalah, tidak dapat nilai bagus, mungkin karena kenakalan mereka, atau ada masalah dalam hidup mereka," kata McMenamin.

"Tugas kita adalah bagaimana menangani masalah mereka dan supaya mereka tetap ada di sekolah."

Ilustrasi dua pulau, menurut McMenamin, terinspirasi pada kebiasaan orang-orang Polinesia yang melakukan migrasi dari satu pulau ke pulau lain. Biasanya mereka bermigrasi karena ingin meninggalkan tempat lama yang mungkin membuat mereka tak nyaman.

Kita gambarkan dua pulau dengan sebuah perahu. Pulau pertama masalah, pulau kedua adalah visinya.

Masalah yang dihadapi oleh siswa bisa diibaratkan dengan perpindahan dari satu pulau ke pulau lainnya. Pulau pertama merupakan masalah dan pulau kedua adalah tujuan yang diinginkan siswa.

Guru BK tidak cukup mengidentifikasi masalah dan membuat siswa berubah menjadi baik saja, tetapi juga membantu mereka menaiki perahu untuk menuju pulau yang merupakan masa depannya.

CONTOH KASUS

Sebagai contoh ada anak yang memiliki reputasi sebagai tukang bully.

Pertama guru BK mengidentifikasi masalahnya. Jangan katakan bahwa masalah ada di diri mereka, tapi dari luar. Sehingga yang muncul di sini adalah bukan siswa tukang bully, melainkan reputasi dari tukang bully, paparnya.

Langkah kedua yakni menanyakan kepada siswa yang bersangkutan tentang efek dari reputasi bully, baik bagi dirinya maupun bagi siswa yang di-bully.

Contohnya, di masa depan nanti akankah bos suatu perusahaan mau menerima siswa yang dulunya tukang bully di sekolahnya.

"Ketika mereka menemukan dampak perbuatannya di masa depan, kemudian masuk langkah ketiga apakah masa depan itu yang mereka inginkan. Tentu kita berharap mereka tidak menginginkan hal tersebut," terangnya.

Langkah keempat, yakni minta siswa untuk menjelaskan kenapa mereka tidak mau masa depan yang buruk tersebut.

"Pada saat hal ini terjadi anak akan meyakinkan kita sebagai guru BK untuk berubah. Jadi bukan karena kita menekan mereka untuk berubah, tetapi tekad mereka sendiri. Ini karena mereka sudah mengidentifikasi masalah yang dihadapinya," urainya.

Belajar dari kisah itu, kata McMenamin, tugas guru BK adalah mencari tahu apa masalah anak, memastikan anak tahu masalah mereka, kemudian membimbing mereka 'berlayar' ke pulau baru, pulau dengan reputasi baru si anak, yang diinginkan mereka untuk masa depannya.

"Prosesnya bisa lama, bisa juga sebentar saja," kata McMenamin.

Guru BK, kata McMenamin, harus membimbing si anak untuk menemukan apa masalah diri dan reputasinya di hadapan orang lain, sehingga mereka jadi anak bermasalah. Guru juga kemudian harus membimbing si anak untuk menemukan reputasi baru yang diinginkan dan berusaha meraihnya.

"Penting bagi guru BK menjaga hubungan dengan siswa. Anggaplah mereka seperti anak sendiri. Guru BK membantu siswa mengatasi permasalahan yang dihadapi sehingga mampu mencapai cita-cita dan keinginannya," jelasnya.

Mcmenamin menjelaskan, guru BK perlu meyakinkan siswa bermasalah tersebut bahwa untuk mencapai keinginannya, mereka perlu waktu dan perencanaan yang baik. Artinya, para siswa harus memiliki sikap dan tindakan baru dari perilaku yang pernah diperbuatnya di masa lalu.

"Kalau mengubah anak hanya menjadi baik itu klaimnya kecil, jadi tugas guru BK yaitu memperbesar visi mereka. Misalnya untuk anak yang punya reputasi tukang bully ingin berubah baik yang seperti apa. Apa langkah yang harus dilakukan supaya mereka juga percaya akan mencapai keinginan tersebut," ucapnya.

Dalam perjalanan mengubah perilaku dan mencapai cita-cita, lanjut dia, siswa akan mengalami berbagai tantangan. Untuk itu, konseling terhadap siswa bermasalah ini perlu dilakukan secara berkala.

"Ada monitoring. Guru BK menanyakan sudah sampai mana upaya anak tersebut untuk berubah. Selain itu bantu mereka untuk mengatasi apapun yang menghalangi dalam mencapai tujuannya," tukasnya.

Artikel Terkait

Pendekatan Dua Pulau Satu Perahu, Untuk Menolong Siswa Bermasalah
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email