Pendekatan Dua Pulau Satu Perahu, Untuk Menolong Siswa Bermasalah

Sekitar 100 guru bimbingan konseling (BK) SMA dan SMP di Jakarta mendapat sesi pelatihan dalam menghadapi siswa bermasalah di sekolah, Selasa (18/4). Pelatihan ini digelar oleh Education New Zealand dan agen pendidikan internasional Fortrust.

Pembicaranya seorang konsultan dan terapis asal Selandia Baru, Dr Donald McMenamin yang bekerja di University of Waikato.

Pendekatan Dua Pulau Satu Perahu untuk menolong siswa bermasalah.
Dr Donald McMenamin dari Universitas Waikato, Selandia Baru, saat melatih guru-guru BK (via http://student.cnnindonesia.com)

Dalam pelatihan tersebut, McMenamin mengenalkan pendekatan 'Two Island and A Boat' atau Dua Pulau Satu Perahu untuk menghadapi siswa bermasalah di sekolah menengah.


"Di Selandia Baru, pekerjaan saya sama dengan Anda semua," kata McMenamin kepada para guru itu.

Pendekatan "Two Islands and A Boat" didesain untuk membantu guru memecahkan masalah anak-anak di sekolah, sehingga anak-anak itu tak perlu sampai dikeluarkan dari sekolah gara-gara perbuatan mereka.

"Di sekolah itu pasti ada anak-anak yang bermasalah, tidak dapat nilai bagus, mungkin karena kenakalan mereka, atau ada masalah dalam hidup mereka," kata McMenamin.

"Tugas kita adalah bagaimana menangani masalah mereka dan supaya mereka tetap ada di sekolah."

Ilustrasi dua pulau, menurut McMenamin, terinspirasi pada kebiasaan orang-orang Polinesia yang melakukan migrasi dari satu pulau ke pulau lain. Biasanya mereka bermigrasi karena ingin meninggalkan tempat lama yang mungkin membuat mereka tak nyaman.

Kita gambarkan dua pulau dengan sebuah perahu. Pulau pertama masalah, pulau kedua adalah visinya.

Masalah yang dihadapi oleh siswa bisa diibaratkan dengan perpindahan dari satu pulau ke pulau lainnya. Pulau pertama merupakan masalah dan pulau kedua adalah tujuan yang diinginkan siswa.

Guru BK tidak cukup mengidentifikasi masalah dan membuat siswa berubah menjadi baik saja, tetapi juga membantu mereka menaiki perahu untuk menuju pulau yang merupakan masa depannya.

CONTOH KASUS

Sebagai contoh ada anak yang memiliki reputasi sebagai tukang bully.

Pertama guru BK mengidentifikasi masalahnya. Jangan katakan bahwa masalah ada di diri mereka, tapi dari luar. Sehingga yang muncul di sini adalah bukan siswa tukang bully, melainkan reputasi dari tukang bully, paparnya.

Langkah kedua yakni menanyakan kepada siswa yang bersangkutan tentang efek dari reputasi bully, baik bagi dirinya maupun bagi siswa yang di-bully.

Contohnya, di masa depan nanti akankah bos suatu perusahaan mau menerima siswa yang dulunya tukang bully di sekolahnya.

"Ketika mereka menemukan dampak perbuatannya di masa depan, kemudian masuk langkah ketiga apakah masa depan itu yang mereka inginkan. Tentu kita berharap mereka tidak menginginkan hal tersebut," terangnya.

Langkah keempat, yakni minta siswa untuk menjelaskan kenapa mereka tidak mau masa depan yang buruk tersebut.

"Pada saat hal ini terjadi anak akan meyakinkan kita sebagai guru BK untuk berubah. Jadi bukan karena kita menekan mereka untuk berubah, tetapi tekad mereka sendiri. Ini karena mereka sudah mengidentifikasi masalah yang dihadapinya," urainya.

Belajar dari kisah itu, kata McMenamin, tugas guru BK adalah mencari tahu apa masalah anak, memastikan anak tahu masalah mereka, kemudian membimbing mereka 'berlayar' ke pulau baru, pulau dengan reputasi baru si anak, yang diinginkan mereka untuk masa depannya.

"Prosesnya bisa lama, bisa juga sebentar saja," kata McMenamin.

Guru BK, kata McMenamin, harus membimbing si anak untuk menemukan apa masalah diri dan reputasinya di hadapan orang lain, sehingga mereka jadi anak bermasalah. Guru juga kemudian harus membimbing si anak untuk menemukan reputasi baru yang diinginkan dan berusaha meraihnya.

"Penting bagi guru BK menjaga hubungan dengan siswa. Anggaplah mereka seperti anak sendiri. Guru BK membantu siswa mengatasi permasalahan yang dihadapi sehingga mampu mencapai cita-cita dan keinginannya," jelasnya.

Mcmenamin menjelaskan, guru BK perlu meyakinkan siswa bermasalah tersebut bahwa untuk mencapai keinginannya, mereka perlu waktu dan perencanaan yang baik. Artinya, para siswa harus memiliki sikap dan tindakan baru dari perilaku yang pernah diperbuatnya di masa lalu.

"Kalau mengubah anak hanya menjadi baik itu klaimnya kecil, jadi tugas guru BK yaitu memperbesar visi mereka. Misalnya untuk anak yang punya reputasi tukang bully ingin berubah baik yang seperti apa. Apa langkah yang harus dilakukan supaya mereka juga percaya akan mencapai keinginan tersebut," ucapnya.

Dalam perjalanan mengubah perilaku dan mencapai cita-cita, lanjut dia, siswa akan mengalami berbagai tantangan. Untuk itu, konseling terhadap siswa bermasalah ini perlu dilakukan secara berkala.

"Ada monitoring. Guru BK menanyakan sudah sampai mana upaya anak tersebut untuk berubah. Selain itu bantu mereka untuk mengatasi apapun yang menghalangi dalam mencapai tujuannya," tukasnya.

Guru BK Arahkan Siswa Pilih Profesi sejak SMA

Salah jurusan dan bekerja tak sesuai dengan kompetensi menjadi masalah yang banyak dialami lulusan perguruan tinggi di Tanah Air. Padahal, hal tersebut bisa dicegah sebelum mereka menjadi mahasiswa. Salah satunya, melalui bimbingan konseling di sekolah.

Sayangnya, peran guru BK saat ini masih identik dengan siswa bermasalah. Sedangkan pelayanan konseling tidak dianggap penting oleh kebanyakan siswa, dan sering diisi dengan sesi curhat guru dan murid.
Guru BK di sekolah.


Menurut Career Center Team Leader of UNITEC Institute of Technology New Zealand, Andrew Tui, peran guru BK di sekolah seharusnya menemukan hal yang siswa butuhkan dalam kariernya nanti.

"Konselor bisa mencari tahu kebutuhan siswa dengan cara mendengarkan. Karena siswa sering tak tahu apa yang mereka inginkan dan apa yang mereka butuhkan," ujarnya.

Lantaran dunia berkembang, maka pengetahuan guru BK pun harus diperbarui. Andrew mengungkapkan, para guru BK wajib mengetahui informasi terbaru mengenai tren kebutuhan kerja, termasuk karier yang ada secara lengkap.

"Skill inilah yang membedakan konselor dengan guru-guru lainnya," sebutnya.

Sedangkan Manager Student Experience of UNITEC Institute of Technology New Zealand, Andrea Thumath menambahkan, di Selandia Baru, konselor di sekolah terbagi menjadi dua, yakni untuk konseling dan untuk pendidikan. Oleh sebab itu, guru BK di Indonesia harus memiliki kemampuan untuk membantu para siswa menentukan karier terbaik.

"Guru BK harus mampu memahami anak muda. Apalagi setiap siswa punya masalah masing-masing yang berbeda," tandas Andrea. (Okezone.com)

Pengembangan Keterampilan Sosial Siswa Melalui Pemahaman Multikultural Dalam Bimbingan Konseling

ABSTRACT

The objective of this research was describing students’ social skill development through multicultural understanding in councelling. This research employed the descriptive qualitative one. The data were gained through observation, interview and documentation. The process of data analysis were; 1) data collection, 2) data reduction, 3) data display, and 4) data verification. While the results of the research were: 1) the learning process were in four variables, those were, teachers, students, learning process and product in the form of students’ competence. A teacher had to be able to manage those four variables so that teaching learning process could run well. The material management of students’ social skill learning included delivering and developing the material in teaching and learning, and 2) the interaction management of social skill learning was aimed to increase of students’ motivation and competence, which could be seen from evaluation result.

Pengembangan keterampilan sosial siswa.

PENDAHULUAN
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) adalah realisasi tujuan akhir dari integrasi ekonomi yang dianut dalam Visi 2020, yang didasarkan pada konvergensi kepentingan negara-negara anggota ASEAN untuk memperdalam dan memperluas integrasi ekonomi melalui inisiatif yang ada dan baru dengan batas waktu yang jelas. dalam mendirikan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), ASEAN harus bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip terbuka, berorientasi ke luar, inklusif, dan berorientasi pasar ekonomi yang konsisten dengan aturan multilateral serta kepatuhan terhadap sistem untuk kepatuhan dan pelaksanaan komitmen ekonomi yang efektif berbasis aturan.

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akan membentuk ASEAN sebagai pasar dan basis produksi tunggal membuat ASEAN lebih dinamis dan kompetitif dengan mekanisme dan langkah-langkah untuk memperkuat pelaksanaan baru yang ada inisiatif ekonomi; mempercepat integrasi regional di sektor-sektor prioritas; memfasilitasi pergerakan bisnis, tenaga kerja terampil dan bakat; dan memperkuat kelembagaan mekanisme ASEAN. Sebagai langkah awal untuk mewujudkan Masyarakat Ekonomi ASEAN.

Salah satu tujuan pendidikan menengah umum adalah untuk mengembangkan nilai-nilai dan keterampilan sosial. Nilai-nilai sosial sangat penting bagi anak didik, karena berfungsi sebagai acuan bertingkah laku terhadap sesamanya, sehingga dapat diterima di masyarakat. Nilai-nilai itu antara lain, seperti kasih sayang, tanggung jawab, dan keserasian hidup.

Adapun keterampilan sosial mempunyai fungsi sebagai sarana untuk memperoleh hubungan yang baik dalam berinteraksi dengan orang lain; contoh: melakukan penyelamatan lingkungan, membantu orang lain, kerja sama, mengambil keputusan, berkomunikasi, wirausaha, dan partisipasi.

Pengembangan nilai-nilai dan keterampilan sosial tersebut merupakan hal yang harus dicapai oleh pendidikan menengah umum. Hal itu karena anak didik merupakan makhluk sosial yang akan hidup di masyarakat (Raven dalam Achmad, 2005: 3).

Keterampilan sosial yang perlu dimiliki siswa, menurut John Jarolimek mencakup: (1) Living and working together; taking turns; respecting the rights of others; being socially sensitive (bekerjasama, toleransi, menghormati hak-hak orang lain, dan memiliki kepekaan sosial); (2) Learning self-control and self-direction (memiliki control diri); (3) Sharing ideas and experience with others (berbagi pendapat dan pengalaman dengan orang lain).

Terkait dengan perwujudan MEA,  keterampilan sosial siswa SMA sangat perlu dikembangkan, karena siswa SMA masih pada usia mencari jati diri dan pada saat itu adalah masa merindu-puja (masa membutuhkan teman), sehingga perlu bimbingan dengan ajaran yang memiliki landasan yang benar. Salah satu konsep pendidikan yang terkait dengan pengembangan keterampilan siswa adalah pemahaman siswa mengenai masyarakat multikultural.

Masyarakat multikultural adalah masyarakat yang terdiri dari dua atau lebih komunitas (kelompok) yang secara kultural dan ekonomi terpisah-pisah serta memiliki struktur kelembagaan yang berbeda-beda satu sama lain (Furnivall dalam Muin, 2006: 121). Dalam masyarakat multikultural, para anggota masyarakatnya menganut berbagai sistem nilai yang dianut oleh berbagai kesatuan sosial sehingga mereka kurang memiliki loyalitas terhadap masyarakat sebagai suatu keseluruhan, kurang memiliki homogenitas kebudayaan, atau bahkan kurang memiliki dasar-dasar untuk saling memahami satu sama lain (Nasikun dalam Muin, 2006: 122).

Pembelajaran tentang nilai – nilai tersebut masuk dalam kategori pendidikan budi pekerti. Pendidikan budi pekerti memiliki esensi yang sama dengan pendidikan moral dan akhlak. Tujuannya adalah membentuk peserta didik menjadi manusia yang baik, masyarakat dan warga Negara yang baik (Zakaria, 2000: 479).

Hal ini sesuai dengan bunyi pasal 3 Undang – Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang berbunyi pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Guru memegang peranan sentral dalam proses belajar mengajar. Guru mempersiapkan pengelolaan pembelajaran dengan baik meliputi perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Hal ini dilakukan supaya tujuan pembelajaran dapat tercapai. Konsep pembelajaran yang baru secara otomatis juga mempengaruhi perencanaan dan pelaksanaan kegiatan kegiatan pembelajaran, termasuk mata pelajaran Sosiologi yang telah berdiri sendiri sebagai mata pelajaran sejak tahun 1994.  
Proses pendidikan tentang pemahaman masyarakat multikultural sebagai keterampilan siswa menjadi tema penting untuk membentuk warga negara yang baik dan bermoral. Oleh karena itu, penelitian tentang pendidikan pemahaman tentang masyarakat multikultural sebagai keterampilan sosial siswa penting dilakukan untuk menjawab persoalan-persoalan diatas.

Guru BK memunyai tugas khusus dalam bimbingan dan konseling (menurut Surat Keputusan Bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Nasional Nomor 25 Tahun 1993). Dengan kata lain, konselor sekolah memunyai peran dan tugas yang terkait dengan pendidikan karakter. Pada hakikatnya, peranan BK adalah mendampingi siswa dalam beberapa hal, antara lain dalam perkembangan belajar/akademis, mengenal diri sendiri dan peluang masa depan mereka, menentukan cita-cita dan tujuan dalam hidupnya, dan menyusun rencana yang tepat untuk mencapai tujuan-tujuan itu, serta mengatasi masalah pribadi (kesulitan belajar, masalah hubungan dengan teman, atau masalah dengan keluarga).

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan pengembangan keterampilan sosial siswa melalui pemahaman multikultural dalam bimbingan konseling.

METODOLOGI
Pendekatan dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Penelitian ini merupakan sebuah penelitian deskriptif kualitatif dengan menggunakan pendekatan etnografi. Inti dari etnografi adalah upaya memperhatikan makna tindakan dari kejadian yang menimpa orang yang ingin kita pahami. Beberapa makna ini terekpresi secara langsung dalam bahasa. Banyak yang diterima dan disampaikan secara tidak langsung melalui kata dan perbuatan (Spradley, 2006:3-5).

Penelitian jenis ini sangat mengharapkan peneliti untuk datang langsung ke tempat penelitian sebagai wujud dari keterlibatan peneliti dalam setiap tahap-tahap penelitian. Dengan demikian, dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti datang langsung ke tempat penelitian, yaitu SMAN Kerjo Kabupaten Karanganyar.

Nara sumber penelitian ini adalah kepala sekolah SMAN Kerjo, guru BK, dan siswa SMAN Kerjo. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode pengamatan berpartisipasi, wawancara mendalam dan analisis dokumen.

Kajian teori yang digunakan sebagai landasan dalam penelitian ini adalah Teori Multikultural. Banks (1993) dalam Mahfud (2009: 175) mendefinisikan pendidikan multikultural sebagai pendidikan untuk people of color. Artinya, pendidikan multikultural ingin mengeksplorasi perbedaan sebagai keniscayaan (anugrah tuhan / sunatullah). Pendidikan multikultural merupakan respon terhadap perkembangan keragaman populasi sekolah, sebagaimana tuntutan persamaan hak bagi setiap kelompok.

Pendidikan multicultural memiliki dimensi yang berkaitan satu dengan yang lain, yaitu : (1) Content Integration, yaitu mengintegrasikan berbagai budaya dan kelompok untuk mengilustrasikan konsep mendasar, generalisasi dan teori dalam mata pelajaran. (2) The knowledge integration process, yaitu membawa siswa untuk memahami implikasi budaya dalam sebuah mata pelajaran (disiplin). (3) An equity pedagogy, yaitu menyesuaikan metode pengajaran dengan cara belajar siswa dalam rangka memfasilitasi prestasi akademik siswa yang beragam dari berbagai ras, budaya (culture), atau sosial. (4) Prejudice reduction, yaitu mengidentifikasi karakteristik ras siswa dan menentukan mpengajaran yang tepat Banks dalam Mahfud, 2009: 177).

Pendidikan multikultural di Indonesia perlu memakai kombinasi yang ada yaitu mencakup tiga jenis transformasi yaitu: (1) transformasi diri; (2) transformasi sekolah dan proses belajar mengajar dan; (3) transformasi masyarakat (Mahfud, 2009: 200-201). Wacana pendidikan multikultural akan terus berkembang seperti bola salju (snow ball) yang semakin besar dan diperbincangkan. Wacana pendidikan multikultural akan dapat diberlakukan dalam dunia pendidikan di Indonesia terwujud dalam kurikulum, materi, dan metode.

Urgensi pendidikan multikultural di Indonesia adalah:

1. Pendidikan Multikultural Sebagai sarana Alternatif Pemecahan Konflik
Spektrum masyarakat Indonesia yang beragam menjadi tantangan bagi dunia pendidikan di Indonesia guna mengolah pendapat tersebut menjadi suatu aset, bukan sumber perpecahan. Pendiodikan multikultural memiliki dua tanggung jawab besar yaitu  menyiapkan bangsa Indonesia untuk siap menghadapi arus budaya luar di era globalisasi, dan ‘menyatukan’ bangsa sendiri yang terdiri berbagai macam budaya (Mahfud, 2009: 216).

2. Supaya Siswa Tidak Tercerabut dari Akar Budaya
Dalam era globalisasi ini, pertemuan antarbudaya menjadi ancaman serius bagi anak didik. Untuk mensikapi realitas global tersebut, siswa hendaknya diberi penyadaran akan pengetahuan yang beragam, sehingga mereka memiliki kompetensi yang luas akan pengetahuan global, termasuk aspek pengetahuan (Mahfud, 2009: 219).

3. Sebagai landasan Pengembangan Kurikulum Nasional
Dalam melakukan pengembangan kurikulum sebagai titik tolak dalam proses belajar mengajar, atau guna memberikan sejumlah materi dan isi pelajaran yang harus dikuasai oleh siswa dengan ukuran atau tingkatan tertentu, pendidikan multicultural sebagai landasan pengembangan kurikulum menjadi sangat penting (Mahfud, 2009: 222).

4. Menuju Masyarakat Indonesia yang Multikultural
Acuan utama bagi terwujudnya masyarakat Indonesia yang multicultural adalah multikultulturalisme, yaitu sebuah ideology yang mengakui dan mengagungkan perbedaan dalam kesederajatan baik secara individual maupun secara kebudayaan. Model multikulturalisme ini adalah sebenarnya telah digunakan sebagai acuan oleh para pendiri bangsa (founding fathers) Indonesia dalam mendesain apa yang dinamakan sebagai kebudayaan bangsa, sebagaimana terungkap dalam penjelasan pasal 32 UUD 1945, yang berbunyi: “kebudayaan bangsa (Indonesia) adalah puncak kebudayaan di daerah” (Mahfud, 2009: 235-236).

Dengan memahami tentang masyarakat multikultural, maka siswa dapat mengembangkan keterampilan sosial yang dimiliknya yaitu bekerjasama, menghormati hak-hak orang lain dan saling toleransi.

Pemahaman multikultural di sekolah merupakan  tanggung jawab semua guru, termasuk guru BK. Oleh karena itu perang guruterutama guru BK sangat berperang penting dalam pelaksanaan pemahaman multikultural.

Pada dasarnya bimbingan merupakan upaya pembimbingan untuk membantu mengoptimalkan individu Berdasarkan pasal 27 peraturan pemerintah No 29/90, “ Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan”.

Bimbinagn dalam rangka menemukan pribadi dimaksud agar peserta didik mengenal kekuatan dan kelemahan dirinya sendiri serta menerimanya secara positif dan dinamis sebagai modal mengenal lingkungan dimaksudkan agar peserta didik mengenal secara objektif lingkungan baik lingkungan sosial dan lingkungan fisik dan menerima berbagai kondisi lingkungan itu secara positif dan dinamis.

Pengenalan lingkungan itu yang meliputi pengenalan lingkungan rumah, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat dan alam sekitar serta lingkungan yang lebih luas. Diharapkan menunjang proses penyusaiyan diri peserta didik dengan lingkungan yang dimaksud serta dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk pengembangan diri secara mantap dan bekerlanjutan. Sedangkan bimbinga dalam rangka merencanakan masa depan dimaksud agar peserta didik mampu mempertimbangkan dan mengambil keputusan tentang masadepan dirinya, baik yang menyangkut bidang pendidikan, bidang karier maupun bidang budaya, keluarga dan kemasyarakatan.

Selain itu pakar bimbingan lain mengungkapkan bahwa : Bimbingan ialah suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis dari pembimbingan kepada yang dibimbing agar tercapai kemandirian dalam pemahaman diri dan perwujudan diri dalam mencapai tingkat pertimbangan yang optimal dan penyusaian diri dengan lingkungannya (Surya 1988 : 12).

Konseling merupakan bagian dari bimbingan, baik sebagai layanan maupun sebagai teknik. “layanan konseling adalah jantung hati layanan bimbingan secara kesuluruhan jadi konseling merupakan inti dari alat yang paling penting dalam bimbingan”. Konseling merupakan suatu jenis layanan yang merupakan bagian terpadu dari bimbingan, konseling dapat diartikan sebagai hubungan timbal balik antara dua individu dimana yang seorang konselor berusaha membantu yang lain (yaitu klien) untuk mencapai pengertian tentang dirinya sendiri dalam hubungan dengan masalah-masalah yang dihadapinya pada waktu yang akan datang.

Layanan bimbingan yang memungkinkan peserta didik dan pihak-pihak lain yang dapat memberikan pengaruh yang besar kepada peserta didik (terutama orang tua) menerima dan memahami informasi yang dapat di pergunakan sebagai bahan pertimbangan keputusan sehari-hari sebagai pelajar, anggota keluarga dan masyarakat. Layanan informasi menyangkut :
1. Tugas-tugas perkembangan masa remaja akhir tentang kemampuan dan perkembangan pribadi.
2. Usaha yang dapat dilakukan dalam mengenal bakat, minat, serta buntuk-buntuk penyaluran dan pengembangannya.
3. Tata tertib sekolah, cara bertingka laku, tata krama dan sopan santun.
4. Nilai-nilai sosial, adat istiadat, upaya yang berlaku dan berkembang di masyarakat.
5. Mata pelajaran dan perbandinganya seperti program inti, program khusus dan program tambahan.
6. Sistem penjurusan, kenaikan kelas, syarat-syarat mengikuti EBTA/EBTANAS
7. Fasilitas Penunjang/sumber belajar.
8. Cara mempersiapkan diri dan belajar disekolah.
9. Syarat-syarat memasuki swatu jabatan, kondisi jabatan karier serta prospek.
10. Memasuki perguruan tinggi yang selajalan dengan cita-cita karier.
11. pelaksanaan pelayanan bantuan untuk maslah pribadi sosial, belajar dan karier.


HASIL DAN PEMBAHASAN

Bimbingan konseling adalah bentuk sebuah layanan yang diadakan di sekolah-sekolah. Bimbingan konseling sangat berperan aktif dalam perkembangan pendidikan di sekolah. Bimbingan konseling memberikan kontribusinya dalam beberapa pelayanan yang diberikan kepada siswa agar terwujud harapan yang diinginkan.

Dalam perjalannya, bimbingan konseling memberikan pelayanannya secara optimal, guna pencapaian visi dan misi yang hendak dicapai.

Layanan bimbingan konseling di SMAN Kerjo diberikan untuk menyelesaikan masalah-masalah atau problematika yang dihadapi siswa, selain itu bimbingan konseling juga di arahkan dalam perubahan perilaku siswa jangka lebih lanjut yaitu pembentukan keterampilan sosial  siswa. Keterampilan sosial siswa yang diinginkan suatu sekolah adalah karakter siswa yang baik karakter siswa yang mengarah ke perubahan positif bagi kemajuan dan perkembangan sekolah.

Bimbingan konseling hadir dalam ranah pendidikan diharapkan mampu berkontribusi dalam perubahan perilaku siswa ke arah yang lebih baik lagi. Bimbingan konseling berpengaruh dngan pembentukan karakter siswa, meskipun secara genetis karakter siswa merupakan unsur bawaan, akan tetapi faktor lingkungan, teman dan sebagainya sangat berpengaruh. Bimbingan konseling memberikan layanan-layanan yang sesuai dengan setiap permasalahan yang dihadapi siswa untuk mendapatkan penyelesaian dan pada akhirnya penyelesaian itu memberikan peluang kepada siswa untuk merubah tingkah lakunya terwujud dalam pembentukan karakter atau watak khas yang ada pada individu.

Bimbingan konseling memiliki fungsi perbaikan yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan terpecahnya atau teratasinya berbagai permasalahan yang dialami siswa. Hal ini juga sama dengan pembentukan karakter yang juga memiliki fungsi perbaikan yaitu membenahi karakter siswa yang pada akhirnya mewujudkan karakter yang baik dan berpotensi sebagai peserta didik yang bermartabat.

Upaya-upaya ini dilakukan untuk memperbaiki perilaku siswa yang menyimpang serta membentuk keterampilan sosial siswa SMAN Kerjo antara lain sebagai berikut:
1) Memberikan penyuluhan kelompok sebagai wujud tindakan preventif atau pencegahan pra siswa melakukan penyimpangan.
2) Planing atau tahap perencanaan yaitu berupa pendataan siswa-siswa bermasalah yang dicatat dalam DCM (daftar catatan masalah)
3) Eksekusi yaitu memanggil siswa–siswa yang bermasalah untuk diberikan layanan bimbingan termasuk bimbingan kuratif yaitu bimbingan pasca siswa mendapatkan permasalahan .
4) Mendatangkan orang tua jika memang itu diperlukan untuk ikut membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi.
5) Proses evaluasi dan tindak lanjut yaitu mengamati permasalahan itu, sampai mana penyelesaian nya atau studi kasus.
6) Konferensi kasus, jika permasalahan sudah terlalu parah dan berat.

Terkait upaya guru BK dalam meningkatkan keterampilan sosial siswa melalui pemahaman multikultural dalam rangka menyongsong MEA, dalam merencanakan pembelajaran keterampilan sosial siswa melalui pemahaman multikultural di SMAN Kerjo pada pelajaran BK langkah yang ditempuh guru adalah dengan menyusun satuan layanan. Proses pembelajaran berada dalam empat variabel yaitu pendidik, peserta didik, proses pembelajaran, dan variabel produk berupa perkembangan peserta didik baik jangka pendek maupun jangka panjang. Guru harus dapat mengelola empat variabel tersebut agar proses belajar berjalan dengan lancar.

Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang optimal, maka keempat variabel pembelajaran tersebut harus dikelola dengan baik. Kesesuaian ini ditunjukkan pada saat tindak mengajar yang diwali dengan pengkondisian situasi belajar untuk mempersiapkan kondisi siswa, yang dilanjutkan dengan menginformasikan materi layanan, serta menggunakan alat dan media agar lebih mudah dalam manyampaikan materi yang diakhiri dengan evaluasi. Sementara itu, cara-cara berketerampilan sosial yang dapat dikembangkan kepada siswa adalah sebagai berikut:
a) Membuat rencana dengan orang lain;
b) Berpartisipasi aktif secara sosial dalam usaha meneliti sesuatu;
c) Berpartisipasi aktif secara produktif dalam diskusi kelompok;
d) Menjawab secara sopan pertanyaan orang lain;
e) Memimpin diskusi kelompok;
f) Bertindak secara bertanggung jawab; dan
g) Menolong orang lain.

Agar keterampilan sosial siswa dapat berkembang dengan baik dalam maka hal itu tergantung pada:
  1. Interaksi atau individu dalam suatu kelompok, yaitu bisa terlaksana apabila individu dalam kelompok telah dibekali dengan berbagai keterampilan sosial di mana salah satunya adalah : cara berbicara, cara mendengar, cara memberi pertolongan, dan lain sebagainya; serta
  2. Suasana dalam suatu kelompok, yaitu suasana kerja dalam kelompok itu hendaknya memberi kesan semua anggota, bahwa mereka dianggap setaraf (equal), khususnya dalam pengembangan keterampilan sosial.
Pelaksanaan bimbingan konseling juga memerlukan penggunaan alat dan media pembelajaran. Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dan merangsang terjadinya proses belajar pada siswa.

Dengan adanya alat dan media pembelajaran diharapkan dapat mendukung proses pelaksanaan bimbingan konseling di SMAN Kerjo. Strategi pelaksanaan pembelajaran juga telah disesuaikan dengan kurikulum, dimana metode yang digunakan ialah, ceramah, tanya jawab, demonstrasi, diskusi, dan pemberian tugas.

Media dan alat peraga yang digunakan juga mengacu pada kurikulum KTSP dan bertujuan untuk bimbingan konseling pada siswa. Media dan alat peraga juga digunakan untuk membantu pelaksanaan bimbingan konseling di SMAN Kerjo. Penggunaan media dan alat peraga ditujukan untuk meningkatkan motivasi siswa dalam belajar karena  siswa lebih mudah memahami materi yang diberikan karena mendapatkan contoh yang lebih jelas.

Model penilaian yang dilakukan misal dari keaktifan, test, kekompakan, penguasaan meteri. Guru lebih mementingkan penilaian proses yaitu melalui pengamatan dan panilaian, karena kalau hanya mengandalkan hasil evaluasi akhir, hal tersebut tidak akurat.

Dalam penilaian mata pelajaran BK ada 2 (dua) aspek yaitu aspek penguasaan konsep dan aspek penerapan konsep. Penguasaan konsep dapat dilihat misalnya dengan hasil ulangan, dalam diskusi seperti kemampuan menyampaikan materi, mengemukakan pendapat, menjawab pertanyaan, menaggapi pendapat orang lain dan sebagainya. Sedangkan aspek penerapan seperti dari tugas-tugas, kegiatan menciptakan benda seni, kedisplinan, kerjasama antar teman dan lain-lain.

PENUTUP
Karakteristik materi pembelajaran keterampilan sosial siswa SMAN Kerjo meliputi pembelajaran pemahaman masyarakat multikultural dan budi pekerti. Kegiatan pembelajaran tersebut mendasarkan pada pengakuan adanya kesederajatan yang terjadi pada interaksi siswa dengan siswa, dan siswa dengan guru tanpa mengesampingkan norma kesopanan dan kesusilaan yang berlaku. Dalam kegiatan pembelajaran mengembangkan keterampilan sosial siswa, guru menggunakan unsur-unsur penting dalam kehidupan masyarakat secara nyata sebagai sumber belajar.

Tujuannya disamping agar siswa merasa dekat dan mengenal lingkungan kehidupan di sekitarnya, juga ada keterkaitan langsung antara bahan dan kegiatan belajar siswa dengan kenyataan kehidupan yang sebenarnya. Dalam kegiatan belajar dan mengajar keterampilan sosial siswa di SMAN Kerjo menggunakan buku pegangan serta buku pendamping, selain itu juga menggunakan media dan alat peraga yang ada di sekolah.

Karakteristik proses interaksi dalam  pembelajaran keterampilan sosial siswa di SMAN Kerjo terdiri dari tindak mengajar, tindak belajar dan strategi pelaksanaan. kegiatan tatap muka, kegiatan tugas terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak terstruktur.

Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan guru BK dalam mengembangkan keterampilan sosial siswa, yaitu konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa, dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan 7 komponen pembelajaran kontekstual yang meliputi konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan (inquiri), masyarakat belajar (Learning Comunity), pemodelan (modeling), refleksi (Reflection), dan penilaian sebenarnya (Authentic Assesment).

DAFTAR PUSTAKA
Mahfud, Choirul. 2006. Pendidikan Multikultural. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Muin, Idianto. Sosiologi SMA / MA untuk Kelas XI. Jakarta: Penerbit Erlangga

Prayitno & Erman Amti. 2004. Dasar-Dasar Bimbingan Konseling Jakarta: Ghalia Indonesia

Spradley, James. 2006. Metode Etnografi. Yogyakarta: PT Tiara Wacana


Penulis :
Dra.  Sri Muji Wahyuti, M.Pd., Kons, 
adalah alumni Program Studi Bimbingan dan Konseling, 
FKIP, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Peran Teman Sebaya Dalam Pemecahan Masalah Teman

Peran teman sebaya untuk membantu memecahkan masalah kaum remaja, siswa sekolah, atau mahasiswa, ternyata sangat dibutuhkan. Metode itu, membuka ruang kepercayaan bagi sahabat atau teman seusia untuk membantu menyelami masalah. Remaja, pada umumnya, bersikap kurang terbuka pada orang tua, atau guru.

Kendati demikian mereka sangat mempercayai sahabat terdekat. "Guna membantu mengatasi permasalahan di lingkungan remaja, terutama siswa di lingkungan sekolah, dipandang perlunya melibatkan peran konselor atau pembimbing sebaya. Konselor sebaya dapat berasal dari siswa atau sahabat yang memiliki tugas sebagai kepanjangan tangan guru atau dosen," terang pakar bimbingan konseling Universitas Negeri Malang (UM) Dr Adi Atmoko di Universitas PGRI Semarang (UPGRIS) baru-baru ini.

Dia berbicara, di forum diskusi dan seminar nasional bimbingan konseling yang di buka Rektor Dr Muhdi. Hadir pemateri pembanding dosen UPGRIS Dr Dini Rakhmawati.

Teman sebaya, dari kacamata psikologi, memiliki kelebihan. Misalnya, sifat yang lebih intim dan mudah membangun kepercayaan. Kondisi ini berbeda, dirasakan terhadap orang tua dan guru.

Rasa Canggung
"Bila tidak dengan sahabat sebaya yang akan muncul adalah rasa canggung, tertutup, dan tidak bisa jujur. Tapi, dengan seusia, maka mudah dibangun kepercayaan," urai Adi.

Dia menambahkan, melalui teman sebaya yang didaulat menjadi konselor maka proses pendampingan bagi remaja yang memiliki masalah dapat diberikan komprehensif. Namun, khusus untuk masalah remaja yang sudah akut serta melibatkan emosi, tetap harus diserahkan kepada konselor yang sesungguhnya.

Dosen BK UPGRIS Dini Rakhmawati menambahkan, kondisi permasalahan remaja kian rumit. Banyak dari mereka yang terjerumus perilaku berisiko. Misalnya, tawuran, pornografi, seks pranikah, hingga narkoba. Kondisi itu menuntut peran aktif para guru BK. Rektor Muhdi menambahkan butuh perhatian bersama untuk menyelamatkan generasi muda Indonesia. Mimbar akademik ini bagian dari upaya kampus itu, memberikan sumbang saran. (Suaramerdeka.com)

Kenali Perbedaan Antara Stress Dan Depresi

Perbedaan stres dan depresi - Hampir setiap orang pernah mengalami stres. Stres adalah hal yang normal dan justru baik bagi Anda dalam situasi tertentu. Ketika Anda sedang dilanda stres, misalnya karena tumpukan pekerjaan atau karena Anda sedang merencanakan pernikahan, Anda akan semakin terpicu untuk fokus pada masalah dan meningkatkan kinerja. Namun, Anda perlu berhati-hati karena kalau sudah terlewat stres, Anda bisa jadi menderita depresi. Bahkan pada beberapa kasus, depresi bisa muncul tanpa didahului oleh stres.
Beda antara stres dan depresi.
Ilustrasi (sumber : Totalwellness.club)
Stres dan depresi sering kali digunakan oleh awam sebagai istilah yang dapat dipertukarkan. Padahal, kedua hal ini memiliki perbedaan mendasar. Cara kerja stres dan depresi tidaklah sama, maka penanggulangannya pun akan berbeda pula. Jika tidak ditangani dengan benar, depresi bisa membahayakan kesehatan jiwa, jasmani, hingga nyawa. Jadi, penting bagi Anda untuk mengenali perbedaan stres dan depresi agar bisa merawat diri dengan tepat sebelum terlambat.

Apa Bedanya Stres Dan Depresi ?
Stres biasanya dimulai dari rasa kewalahan akibat banyaknya tekanan dari luar dan dalam diri seseorang yang telah berlangsung cukup lama. Stres bisa mendorong Anda untuk semakin bersemangat menghadapi tantangan, tapi juga bisa mematahkan semangat Anda. Ini karena setiap orang memiliki mekanisme yang berbeda-beda dalam menghadapi stres.

Ketika Anda dilanda stres, tubuh Anda membaca adanya serangan atau ancaman. Sebagai mekanisme perlindungan diri, tubuh akan memproduksi berbagai hormon dan zat-zat kimia seperti adrenalin, kortisol, dan norepinefrin. Akibatnya, Anda akan merasakan dorongan energi dan peningkatan konsentrasi supaya Anda bisa merespon sumber tekanan secara efektif. Tubuh juga akan secara otomatis mematikan fungsi-fungsi tubuh yang sedang tidak diperlukan, misalnya pencernaan. Namun, apabila stres muncul pada saat-saat yang tidak diinginkan, darah akan mengalir ke bagian-bagian tubuh yang berguna untuk merespon secara fisik seperti kaki dan tangan sehingga fungsi otak menurun. Inilah sebabnya banyak orang yang justru sulit berpikir jernih saat diserang stres.

Dr. Steve Peters, seorang profesor dan psikiater dari Sheffield Medical School, memiliki daftar hal-hal yang mungkin sering terjadi pada diri Anda tanpa disadari, yang sebenarnya merupakan pertanda hal lainnya.

Hal-hal di bawah ini seringkali berlalu begitu saja dan dianggap normal menimpa diri kita, namun ternyata jauh di balik itu, hal-hal di bawah ini menandakan bahwa sebenarnya kita sedang stres dan terganggu secara emosional. Apa saja tanda-tanda stress tersebut?

1. Merasa terlalu emosional
Dalam waktu yang senggang, sering kali kita memikul banyak beban pikiran dan masalah di kepala, hingga semuanya turun ke perasaan dan membuat kita menjadi emosional bahkan menangis. Namun, hal tersebut sering kita anggap sebagai suatu yang normal, hanya sekadar keadaan diri yang sedang rapuh.
Jangan meremehkan kondisi seperti itu. Hal ini ternyata bisa menjadi cikal bakal gangguan emosional berkepanjangan pada diri Anda.

2. Lembur padahal tak perlu
Dalam hal ini, lembur bukan hanya diartikan sebagai kerja melewati batas waktu normal, karena hal tersebut sifatnya adalah sebuah kewajiban. Namun, beberapa orang memilih untuk tetap tinggal di kantor dan menunda pulang karena satu dan lain hal yang sifatnya pribadi.

Kini lembur sering dijadikan sebuah aktivitas yang ‘diniatkan’. Maksudnya, banyak orang yang memilih lembur karena seakan hal tersebut dapat dijadikan pelarian atas beberapa hal yang ingin dihindari, seperti masalah di rumah, masalah hubungan, mencoba show off pada atasan, dan lain-lain. Memang hal tersebut terlihat seperti jalan pintas untuk mencegah stres, namun siapa sangka bahwa lembur justru mendatangkan stress dan gangguan emosional?

Intinya, lembur yang seperti ini hanya berperan sebagai pelarian dari stress yang kemudian akan mendatangkan stress lebih dalam. Maka dari itu, berpikirlah dua kali jika Anda memaksakan lembur saat Anda sedang memikul banyak pikiran yang sifatnya personal.

3. Sensitif/cepat marah
Akan ada momen dalam hidup kita di mana kita sangat mudah tersinggung. Hal-hal kecil yang mengusik kenyamanan kita bisa kita balas dengan amarah yang tidak sebanding. Dan buruknya, hal ini sering kita tumpahkan justru kepada orang-orang terdekat, atau orang-orang yang kita sayangi. Hal ini jelas menggambarkan bahwa kita sedang stress dan terganggu stabilitas emosinya.

Bagi para atasan, hati-hati dengan gejala ini. Staff atau bawahan jangan selalu dijadikan sasaran. Karena, dampaknya akan lebih buruk dari apa yang Anda bayangkan. Mengontrol diri dalam keadaan seperti ini memang merupakan tantangan yang cukup sulit bagi kita, namun  saat semua sudah dalam kontrol, maka hal baik akan datang pada diri kita.

4. Mood swing
Mood swing adalah kondisi di mana jarak antara kebahagiaan, kesedihan, dan kemarahan terasa begitu dekat. Ketiga hal tersebut terjadi bergantian secara tiba-tiba tanpa sebab yang jelas. Jika ini terjadi pada Anda, mungkin ada yang salah dengan Anda.

Steve Peters memiliki beberapa solusi untuk Anda yang mungkin atau terlanjur berada dalam kondisi seperti ini. Bicaralah. Cobalah untuk berbagi dan menumpahkan perasaan Anda pada seseorang yang Anda pikir dapat memberi sebuah perspektif lain dalam memandang hidup, akan lebih baik jika orang ini dirasa dapat menjadi solusi atau memiliki solusi untuk masalah-masalah yang sedang Anda hadapi. Kemudian, hal ini juga dapat membuka dan menunjukkan apa yang terjadi pada diri kita kepada diri kita sendiri. Maksudnya, terkadang dengan berbicara dengan orang lain kita baru sadar apa yang sedang terjadi pada diri kita.

5. Hilang tujuan
Hidup dengan memiliki tujuan jelas baik untuk diri kita. Kita akan menjalani hari-hari penuh dengan percaya diri dan merasa memiliki harga diri. Namun, apa yang terjadi saat yang menimpa diri kita adalah yang sebaliknya, Anda merasa tidak punya tujuan.

Kesenangan bisa kita dapatkan saat kita dapat mengatasi sebuah tujuan, sekecil apapun tujuan tersebut. Maka, bisa dikatakan bahwa saat kita memiliki target, maka akan ada kesenangan kesenangan yang akan kita raih di depan. Berarti, jika kita merasa sedang tidak ada yang dituju, maka sirna pula kesenangan yang menjanjikan. Hal tersebut mengarahkan kita pada stress dan gangguan emosional.

6. Selalu merasa tidak dihargai
Jika seseorang merasa segala perlakuannya tidak dihargai, bahkan jika pada kenyataannya tidak demikian, maka orang tersebut bisa jadi sedang terganggu masalah psikologis. Kemudian, merasa tidak dihargai dapat berdampak pada spektrum emosi lainnya seperti frustrasi, amarah, rendah diri, bahkan hingga hilangnya kepercayaan diri.

Hal yang paling tepat dilakukan adalah mengambil alih mind set tersebut dengan berpikir positif. Karena, keadaan seperti itu tidak bisa ditolong siapapun kecuali oleh orang yang mengontrol pikiran tersebut.

7. Selalu ingin memegang kendali
Dikarenakan gangguan di dalam diri kita, kita terpacu untuk mengendalikan lingkungan di luar diri kita. Kecenderungan tersebut amat lumrah terjadi. Intinya, kita berusaha sebagaimana mungkin untuk mengubah semua hal menjadi seperti apa yang kita inginkan.


 Apa Itu Depresi ?

Berbeda dengan stres, depresi adalah sebuah penyakit mental yang berdampak buruk pada suasana hati, perasaan, stamina, selera makan, pola tidur, dan tingkat konsentrasi penderitanya.

Depresi adalah penyakit mental yang ditandai dengan perasaan sedih yang intens. Anda juga mungkin merasa tak berdaya, putus asa, dan tidak berharga. Tidak hanya mempengaruhi Anda, depresi juga akan mengubah hubungan Anda dengan keluarga dan kerabat.

Depresi memiliki istilah medis yaitu “depressive disorder,” atau “clinical depression.” Depresi ini merupakan penyakit nyata dan bukan merupakan tanda kelemahan seseorang maupun cacat karakter.

Depresi bukanlah keadaan yang wajar ditemui seperti stres atau panik. Orang yang terserang depresi biasanya akan merasa hilang semangat atau motivasi, terus-menerus merasa sedih dan gagal, dan mudah lelah. Kondisi ini bisa berlangsung selama enam bulan atau lebih. Maka, orang yang menderita depresi biasanya jadi sulit menjalani kegiatan sehari-sehari seperti bekerja, makan, bersosialisasi, belajar, atau berkendara secara normal. Siapa pun bisa terserang depresi, terutama jika ada riwayat depresi dalam keluarga terdekat Anda. Penelitian juga menunjukkan bahwa wanita lebih berisiko terserang depresi daripada pria.

Namun ada satu hal yang harus diingat bahwa depresi dapat diobati dan banyak orang yang merasa lebih baik setelah menjalani pengobatan.

Penyebab Depresi

Tidak ada penyebab pasti dari depresi. Hal ini biasanya merupakan hasil dari kombinasi berbagai faktor. Banyak faktor yang dapat memicu depresi, termasuk genetika, biologi dan kimia otak, dan peristiwa kehidupan seperti trauma, kehilangan orang yang dicintai, hubungan yang gagal, pengalaman anak usia dini, atau situasi stres.

Pada beberapa kasus, kondisi kesehatan lainnya juga dapat menyebabkan depresi, terutama gangguan kronis seperti seperti diabetes, kanker, penyakit jantung, dan penyakit Parkinson.

Jenis depresi?

Tergantung tingkat keparahannya, depresi terbagi menjadi:

Major depression (clinical depression): Depresi berat yang ditandai dengan gejala depresi konstan. Gejala yang menyerang bisa parah ataupun ringan, dan biasanya berlangsung selama sekitar enam bulan. Depresi berat merupakan kondisi berulang. Namun pada beberapa kasus, orang bisa saja mengalaminya hanya sekali seumur hidup.

Dysthymia: Dysthmia memiliki gejala depresi ringan yang cenderung bertahan lama (sedikitnya dua tahun). Jika Anda memiliki dysthymia, suasana hati Anda mungkin buruk dan Anda mungkin terbiasa berpikir bahwa sifat tersebut merupakan “jati diri Anda”. Gejala depresi ini tidak boleh dianggap remeh karena dapat mencegah Anda menikmati hidup seutuhnya.

Persistent depressive disorder: Jenis depresi ini setidaknya bertahan selama dua tahun dan gejalanya mirip dengan major depression. Anda bisa saja memiliki gejala ringan atau sedang dengan periode gejala yang lebih singkat.

Psychotic depression: Jenis depresi ini adalah kombinasi dari depresi dan psikotik. Selain suasana hati yang rendah saat mengalami depresi, orang dengan psychotic depression mungkin kehilangan kesadaran diri atas realitas dengan memercayai hal-hal yang orang lain tidak bisa dengar atau lihat.

Postpartum depression: Jenis depresi ini terjadi pada ibu yang baru setelah melahirkan. Postpartum depression jauh lebih serius daripada baby blues. Sebanyak 70-80% ibu baru terserang baby blues, sementara hanya 10-15% ibu yang menderita postpartum depression, ketika gejalanya lebih intens dan bertahan lebih lama.

Bipolar disorder (manic depression): Seseorang akan mengalami depresi bergantian dengan manic depression. Siklus ini dapat menyebabkan perilaku impulsif, hiperaktif, dan bicara cepat.

Seasonal affective disorder (SAD): Jenis depresi ini sering terjadi pada musim gugur atau musim dingin ketika hari menjadi lebih pendek dan bertahan sampai hari cerah di musim semi atau awal musim panas. Beberapa orang mungkin mengalami SAD untuk waktu yang singkat di musim panas.

Siapa saja yang berisiko depresi?

Beberapa faktor dalam hidup Anda dapat meningkatkan risiko depresi. Anda mungkin memiliki risiko lebih tinggi terkena depresi jika Anda mengalami:
  • Fase kehidupan yang sulit, misalnya mengalami pengangguran, perceraian, kemiskinan, meskipun peristiwa ini dapat bertahan lama, depresi berat biasanya hanya terjadi pada orang yang memang memiliki kecenderungan akan gangguan itu.
  • Kepribadian. Anda mungkin merasa kesulitan untuk mengatasi stres dalam hidup, atau sulit beradaptasi dengan situasi baru.
  • Faktor genetik. Orang yang memiliki saudara dengan depresi menempatkan diri mereka dalam risiko yang lebih tinggi.
  • Riwayat Anda. Trauma masa kecil dapat mengubah cara Anda menanggapi rasa takut dan stres. Peristiwa lain dalam hidup seperti usaha bunuh diri, atau segala bentuk pelecehan – seksual, fisik atau substansi.
  • Beberapa obat resep dapat menyebabkan depresi, termasuk kortikosteroid, beberapa beta-blocker, interferon, dan reserpine.
  • Terlalu sering menggunakan alkohol dan amfetamin dapat memicu depresi.
  • Cedera kepala masa lalu.
  • Orang dengan riwayat depresi berat dapat mengalami kekambuhan.


Gejala Depresi

Tanda-tanda depresi jauh lebih rumit daripada gejala stres. Kemunculannya pun bisa bertahap sehingga sulit untuk benar-benar menyadari kapan depresi pertama kali menyerang. Berikut adalah berbagai gejala depresi yang biasanya terjadi.

Menarik diri dari lingkungan sosial dan keluarga
Merasa sedih seolah-olah tidak ada harapan lagi
Hilang semangat, motivasi, energi, dan stamina
Sulit mengambil keputusan
Makan lebih sedikit atau lebih banyak dari biasanya
Tidur lebih sebentar atau lama dari biasanya
Sulit berkonsentrasi
Sulit mengingat-ingat
Merasa bersalah, gagal, dan sendirian
Berpikiran negatif secara terus-menerus
Mudah kecewa, marah, dan tersinggung
Sulit menjalani kegiatan sehari-hari
Hilang minat pada hal-hal yang biasanya dinikmati
Adanya pikiran untuk bunuh diri

Sedangkan pada seorang remaja, ada beberapa petunjuk untuk mengenali remaja yang sedang depresi, diantaranya :

1. Mudah marah, sedih, merasa kosong, dan beranggapan bahwa hidup tidak berarti.
2. Kehilangan minat dalam hal olahraga, hobi, atau kegiatan yang biasanya mereka nikmati. Menarik diri dari teman-teman dan keluarga, serta memiliki masalah dalam berhubungan dengan orang lain.
3. Adanya perubahan nafsu makan. Berat badan menurun secara berangsur-angsur.
4. Sering melakukan kegiatan yang berlebihan di waktu malam, sehingga menyebabkan tidur yang kurang. Pola tidur tidak normal, kadang berlebih dan kadang kurang, diikuti kesulitan bangun di pagi hari.
5. Mengalami kelambatan dalam segi fisik, senang mondar-mandir secara berlebihan atau melakukan perilaku yang repetitif atau berulang-ulang.
6. Kehilangan energi, menarik diri dari lingkungan sosial, menunjukkan tanda-tanda kebosanan, dan tidak mau melakukan kegiatan yang biasa dilakukan.
7. Membuat komentar yang kritis dan sinis terhadap diri mereka sendiri. Memiliki masalah perilaku di sekolah atau di rumah dan terlalu sensitif terhadap penolakan.
8. Performa yang buruk di sekolah, sering tertidur dan tidak berkonsentrasi di kelas, serta sering tidak masuk sekolah.
9. Seringkali diikuti dengan keluhan fisik, seperti sakit kepala dan sakit perut. Sering berkunjung ke UKS sekolah.
10. Menulis tentang kematian, membuang barang-barang favoritnya, dan sering mengatakan bahwa orang lain lebih baik tanpanya.

Depresi dapat memicu tindakan bunuh diri. Tanda-tanda peringatan bunuh diri termasuk:
  • Berbicara tentang tindakan bunuh diri atau tindakan merugikan diri sendiri lainnya.
  • Mengaku putus asa atau merasa terjebak.
  • Merasa dekat dengan kematian.
  • Bertindak ceroboh, seolah-olah mereka memiliki keinginan untuk mati (misalnya menerobos lampu merah).
  • Menelepon atau mengunjungi orang untuk mengucapkan selamat tinggal.
  • Mengatakan hal-hal seperti “semua orang akan merasa lebih baik tanpa aku” atau “aku ingin pergi”.
  • Perubahan tiba-tiba dari pribadi yang sangat tertekan menjadi pribadi yang tenang dan bahagia.
Anda juga mungkin melihat depresi melalui bahasa tubuh:
  • Terlihat sengsara, mata menangis, alis berkerut, mulut cemberut.
  • Kemerosotan postur tubuh, berkurangnya kontak mata dan ekspresi wajah.
  • Gerakan tubuh tidak banyak, dan ada perubahan pada nada bicara (misalnya suara lembut dan cenderung menggunakan kata-kata monosilabik).
  • Suram, pesimis, pasif, lesu, tertutup, kritis terhadap diri dan orang lain, serta senang mengeluh.

Cara menangani depresi


Jika ternyata Anda mengalami depresi, Anda harus segera mengambil tindakan. Depresi merupakan penyakit yang bisa disembuhkan kalau penanganannya tepat. Namun, depresi tidak bisa disembuhkan oleh Anda seorang diri. Anda membutuhkan bantuan orang lain. Cobalah untuk menjalani sesi konseling bersama psikolog atau psikiater. Anda juga mungkin akan dirujuk untuk menjalani berbagai terapi seperti Terapi Kognitif Perilaku (CBT) dan psikoterapi.

Untuk membantu Anda mengatasi kegelisahan atau tenggelam dalam kesedihan yang berlarut-larut, pengobatan dengan antidepresan dan obat penenang bisa menjadi solusinya. Obat tidur juga mungkin ditawarkan bagi Anda yang mengalami insomnia atau sulit tidur. Ingatlah bahwa terserang depresi bukan kesalahan Anda, tapi Anda bisa melawannya. Ceritakan situasi Anda dengan jujur pada orang-orang terdekat Anda agar mereka bisa mendukung dan membantu Anda sembuh lebih cepat.

Orang yang mengalami depresi biasanya sembuh lebih cepat dengan bantuan dan dukungan dari orang lain. Anda harus membicarakan kondisi Anda kepada anggota keluarga dan teman-teman sembari melakukan beberapa tips di bawah ini:

  • Patuhi rencana pengobatan Anda. Anda harus mencoba untuk tidak melewatkan setiap pemeriksaan atau dosis obat bahkan ketika gejala berhenti. Pastikan Anda mengonsumsi antidepresan sesuai anjuran.
  • Pelajari informasi seputar depresi. Dorong keluarga Anda untuk belajar mengenai depresi untuk membantu mereka memahami dan mendukung Anda. Dengan memahami kondisi Anda, mereka dapat membantu Anda untuk menghindari pemicu dan memotivasi Anda untuk tetap pada rencana pengobatan.
  • Hindari konsumsi alkohol dan narkoba.
  • Konsumsi makanan sehat, aktif secara fisik, dan tidur cukup untuk memastikan kebugaran tubuh.
  • Buatlah catatan dalam jurnal. Anda dapat mengekspresikan rasa sakit, marah, takut atau emosi lainnya melalui tulisan.
  • Temukan support group, kelompok konseling dan kelompok lainnya untuk membantu meringankan depresi. Kelompok agama mungkin juga menawarkan bantuan untuk masalah kesehatan mental.
  • Pelajari cara untuk bersantai dan mengelola stress, seperti meditasi, relaksasi otot progresif, yoga dan tai chi.
  • Susun rencana kegiatan sehari-hari. Anda mungkin terbantu dengan adanya daftar tugas harian, catatan tempel sebagai pengingat agar rencana Anda lebih terorganisir. Jangan memaksakan diri Anda untuk melakukan terlalu banyak pekerjaan.
  • Jangan membuat keputusan penting ketika Anda sedang dalam kondisi di bawah. Hindari pengambilan keputusan ketika Anda merasa tertekan, karena Anda mungkin tidak berpikir dengan jernih.
Walaupun merupakan kondisi serius, depresi tetap dapat diobati. Hubungi dokter atau terapis jika Anda menemukan adanya perubahan gejala atau perasaan Anda. Mintalah kerabat atau teman untuk membantu Anda memantau gejala-gejala depresi.

Apa bahayanya jika depresi tidak ditangani?

Jangan menyepelekan atau membiarkan depresi begitu saja karena dampaknya sangat berbahaya. Berbagai studi telah menemukan hubungan yang sangat erat antara depresi dengan penyakit hati dan gagal jantung. Selain itu, penelitian juga menunjukkan bahwa orang yang menderita depresi memiliki kemungkinan 58% lebih banyak terserang obesitas akibat perubahan pola makan yang drastis dan kurang berolahraga. Jika tidak ditangani secara serius, depresi di usia muda bisa menurunkan kemampuan otak serta meningkatkan risiko Alzheimer dan stroke.

Dalam beberapa kasus, mereka yang sudah terserang depresi berat cenderung mencoba untuk mengakhiri hidup dengan bunuh diri. Maka, sudah saatnya Anda menanggapi stres dan depresi dengan serius. Kenali perbedaannya dan segera tangani stres dan depresi sebelum terlambat.

(sumber : Hellosehat.com)

Peran Konselor Berwawasan Multikulturalisme Dalam Upaya Character Building Untuk Menjawab Tantangan MEA

PERAN KONSELOR BERWAWASAN MULTIKULTURALISME DALAM UPAYA CHARACTER BUILDING UNTUK MENJAWAB TANTANGAN MEA


ABSTRACT
The existence of conselor in No 20/2003 Constitution as educator, has similar qualification with another teachers, tutors, lecturer, facilitator, and instructor. The objective of this research is to find out the conselor’s role of multicultural view in building students’ characters in MEA’s era. The research findings show that conselor’s role in students’ character building is carrying out counselling activities through learning by doing, flag ceremony, games inside or outside class. The method is effective in creating students’ characters’ education.

Keywords: action research, ethics, behavior, content mastery, counseling

PENDAHULUAN
Keberadaan Guru Bimbingan dan Konseling atau Konselor dalam sistem pendidikan nasional dinyatakan sebagai salah satu kualifikasi pendidik, sejajar dengan kualifikasi guru, dosen, pamong belajar, tutor, widyaiswara, fasilitator dan instruktur (UU No. 20/2003, pasal 1 ayat 6). Namun pengakuan secara eksplisit dan kesejajaran posisi antara kualifikasi tenaga pendidik satu dengan yang lainnya tidak menghilangkan arti bahwa setiap tenaga pendidik, termasuk konselor, memiliki konteks tugas, ekspektasi kinerja, dan seting pelayanan spesifik yang satu dan yang lainnya mengandung keunikan dan perbedaan. Oleh sebab itu, konteks dan ekspektasi kinerja guru bimbingan dan konseling atau konselor mendapatkan penegasan kembali dengan maksud untuk meluruskan konsep dan praktik bimbingan dan konseling ke arah yang tepat. Merujuk pada Peraturan Pemerintah RI Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru, untuk selanjutnya tenaga pendidik di bidang bimbingan dan konseling disebut dengan Guru Bimbingan dan Konseling atau Konselor.
Peran konselor dalam character building siswa.

Konteks tugas konselor berada dalam kawasan pelayanan yang bertujuan mengembangkan potensi dan memandirikan konseli dalam pengambilan keputusan dan pilihan untuk mewujudkan kehidupan yang produktif, sejahtera, dan peduli kemaslahatan umum. Pelayanan dimaksud adalah pelayanan bimbingan dan konseling. Konselor adalah pengampu pelayanan ahli bimbingan dan konseling, terutama dalam jalur pendidikan formal dan nonformal.

Sejalan dengan perkembangan zaman, dunia pendidikan (termasuk bimbingan dan konseling) menghadapi berbagai tantangan mulai dari tantangan global, nasional, dan lokal. Tantangan-tantangan itu harus dihadapi dengan sebaik-baiknya mulai dari tatanan konstitusional, kebijakan, manajerial, dan operasional dalam berbagai aspek dan dimensi.. Prof. Dr. Karlheinz A. Geissler (2000) menyatakan bahwa: “Learning has become the citizen’s first duty. ‘Stop learning and you stop living’”

Pada tatanan global Robert B Tucker (2001) mengidentifikasi adanya sepuluh tantangan di abad 21 yaitu: (1) kecepatan (speed), (2) kenyamanan (convinience), (3) gelombang generasi (age wave), (4) pilihan (choice), (5) ragam gaya hidup (life style), (6) kompetisi harga (discounting), (7) pertambahan nilai (value added), (8) pelayananan pelanggan (costumer service), (9) teknologi sebagai andalan (techno age), (10) jaminan mutu (quality control). Menurut Robert B Tucker kesepuluh tantangan itu menuntut inovasi dikembangkannya paradigma baru dalam pendidikan seperti: accelerated learning, learning revolution, megabrain, quantum learning, value clarification, learning than teaching, transformation of knowledge, quantum quotation (IQ, EQ, SQ, dll.), process approach, Forfolio evaluation, school/community based management, school based quality improvement, life skills, dan competency based curriculum.

Semua tantangan baik yang berasal dari perubahan global, nasional, maupun lokal pada gilirannya menuntut adanya inovasi bimbingan dan konseling dalam berbagai aspek dan dimensi. Salah satu dimensi yang perlu mendapat perhatian khusus adalah pendidikan.

Pendidikan adalah proses pembudayaan, proses kultural, atau proses kultivasi untuk mengembangkan semua bakat dan potensi manusia guna mengangkat diri sendiri dan dunia sekitarnya pada taraf human. Sebenarnya sejak dulu pendidikan moral sudah diberikan kepada anak-anak didik Indonesia. Dimana materinya diberikan melalui mata pelajaran PMP (Pendidikan Moral Pancasila), PKn (Pendidikan Kewarganegaraan) dan Pendidikan Agama Islam.

Dilihat dari metodenya pun terjadi kelemahan karena metode yang digunakan hanya terkonsentrasi kemampuan kognitif belaka, yaitu siswa hanya diwajibkan untuk mengetahui dan menghafal (memorization) konsep dan kebenaran tanpa menyentuh perasaan, emosi dan nuraninya. Selain itu tidak dilakukan praktek perilaku, penerapan nilai kebaikan dan akhlak mulia dalam kehidupan disekolah. Ini merupakan kesalahan metodologis yang mendasar dalam pengajaran moral bagi manusia. Oleh karena itu, tidak aneh jika terjadi inkonsistensi antara apa yang diajarkan disekolah dengan yang diterapkan di luar sekolah (Kartono, 1992:22) Pemerintah saat ini melalui Kemendiknas sedang menggalakkan pendidikan karakter di sekolah. Bersamaan dengan Hari Pendidikan Nasional yang jatuh pada Mei 2010 silam, Kementrian Pendidikan Nasional mencanangkan pe-nerapan pendidikan karakter pada semua jenjang pen-didikan yang dimulai sejak sekolah dasar (SD) (Elmuarok, 2008: 108).

Hadirnya pendidikan karakter ini diharapkan bisa mencetak generasi baru bangsa Indonesia yang lebih baik lagi. Permasalahan yang muncul dari pelaksanaan pendidikan moral ini adalah pendidikan moral kurang efektif mengatasi berbagai permasalahan yang ada di bangsa ini. Dan salah satu solusi untuk membuat pendidikan moral menjadi efektif, mungkin dengan melakukan pendidikan karakter karena pendidikan moral biasanya hanya menyentuh aspek “pengetahuan”, belum sampai menyentuh pada aspek “perilaku” (Megawangi, 2007:82). 

Dengan demikian, pendidikan untuk membentuk efektifitas dari aspek perilaku akan dikembangkan melalui peningkatan bimbingan konseling sebagai upaya mengantisipasi adanya perilaku menyimpang yang terkait dengan kekerasan dan pelecehan seksual. Kemudian ini yang menjadi fenomena sekaligus tantangan bagi setiap insan untuk menyelesaikan berbagai macam masalah-masalah sosial yang ditimbulkan oleh perilaku menyimpang seseorang, khususnya yang bagi para pendidik maupun lembaga-lembaga pendidikan.

Dewasa ini banyak pihak menuntut peningkatan intensitas dan kualitas pelaksanaan pendidikan karakter pada lembaga pendidikan formal. Tuntutan tersebut didasarkan pada fenomena sosial yang berkembang, yakni meningkatnya kenakalan remaja dalam masyarakat, seperti tawuran massal dan berbagai kasus dekadensi moral lainnya. Bahkan di beberapa kota besar, gejala tersebut telah sampai pada taraf yang sangat meresahkan. Karena itu, lembaga pendidikan formal sebagai wadah resmi pembinaan generasi muda diharapkan dapat meningkatkan  peranannya dalam membentuk kepribadian peserta didik melalui peningkatan intensitas dan kualitas pendidikan karakter (Amri,  2011: 5)

UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratif serta bertanggung jawab (Hidayatullah, 2010: 14).

Undang-undang tersebut sangatlah jelas menyatakan bahwa pendidikan di Indonesia berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa dan beberapa point-point yang telah disebutkan. Hal tersebut sangat berkaitan dengan pembentukan karakter yang menjadikan peserta didik dapat mengembangkan potensinya yang memberikan manfaat untuk diri sendiri dan orang lain, sebagaimana pembentukan karakter lebih kepada membentuk watak dari peserta didik yang sesuai dengan budaya bangsa. Sehingga karakter khas pada putra bangsa tetap terjaga.

Pendidikan karakter bukan semata-mata soal pengetahuan belaka, namun terlebih soal kepribadian dan perilaku siswa sehari-hari. Pembangunan karakter (character building) merupakan tugas bersama antara orang tua, sekolah dan masyarakat atau lingkungan sekitar. Melalui keteladanan dan nasehat yang dilakukan secara terus-menerus akan menanamkan rasa tanggung jawab dan kemandirian seorang siswa. Siswa akan melaksanakan tugasnya sebagai seorang pencari ilmu dengan kesadaran dan kemampuan dirinya dengan tidak melanggar aturan-aturan yang telah ditentukan.

Namun, pada kenyataannya, masih banyak para siswa yang melakukan tindakan-tindakan yang bertentangan dengan aturan. Banyak siswa yang tidak memahami tanggung jawabnya sebagai seorang pancari ilmu di dunia sekolah, melakukan kegiatan maupun tugas secara instan. Tak sedikit diantara mereka yang bertindak brutal yang tidak mencermikan tugasnya sebagai siswa seperti: tawuran, miras dan sebagainya.

Pendidikan karakter tidak cukup hanya lewat ceramah dan nasihat tetapi terlebih harus dengan teladan konkret. Pendidikan karakter di sekolah lebih banyak berurusan dengan penanaman nilai yang dilakukan melalui belajar mengajar, pembiasaan dan ekstrakurikuler.

Fenomena sosial yang terjadi akhir-akhir ini di kalangan pelajar adalah munculnya keragaman kelompok sosial. Keragaman tersebut bisa berupa keragaman etnik, status sosial, budaya, interest atau hobi dan lain-lain. Sue menyebut (1991: 17-21) keragaman etnis, gender, latar belakang budaya, geografis, asal daerah, ras, kondisi fisik (abilitas/disabilitas), usia, serta keragaman sosial ekonomi, agama, karakteristik pribadi, kemampuan sosial, perilaku dan kebiasaan serta kemampuan intelektual, telah menjadi fenomena keseharian di madrasah, yang diakibatkan oleh penyebaran penduduk, mengikuti pekerjaan orang tua, atau perpindahan untuk mendapatkan pendidikan di tempat yang berbeda budaya.

Keragaman budaya (multikultural) merupakan peristiwa alami karena bertemunya berbagai budaya, berinteraksinya beragam individu dan kelompok dengan membawa perilaku budaya, memiliki cara hidup berlainan dan spesifik. Keragaman konseli seperti berbeda budaya, latar belakang keluarga, agama, dan etnis tersebut saling berinteraksi dalam komunitas sekolah dan hal tersebut memerlukan pemahaman budaya (Matsumoto,1996).

Dengan keragaman tersebut, maka potensi terjadi konflik tergolong besar, dan kadang-kadang konflik individu bisa meluas menjadi konflik sosial dengan mengatasnamakan ‘setia kawan’. Padahal konsep setia kawan adalah sikap yang bersumber dari rasa cinta kepada kehidupan bersama sehingga diwujudkan dengan amal nyata berupa pengorbanan dan kesediaan menjaga, membela, maupun melindungi terhadap kehidupan bersama dalam masyarakat yang majemuk dengan kebudayaannya. Dan diharapkan dapat membentuk pribadi yang mampu menanamkan nilai kebersamaan, gotong-royong, tolong menolong dan kerjasama tanpa membeda-bedakan suku bangsa atau etnis seseorang.
Dengan adanya fenomena seperti diatas, penting adanya konselor dengan wawasan multikultural. Dalam layanan konseling, keragaman budaya menyadarkan Guru BK (konselor) tentang pentingnya kesadaran multikultural dalam menghadapi perbedaan, sekecil apapun perbedaan tersebut. Guru BK perlu mengubah persepsi mereka, mencukupkan diri dengan pengetahuan tentang budaya. Guru BK sekolah, harus menghargai keberagaman konseli (Depdiknas, 2007, 12). 

Konselor perlu memiliki kesadaran multikultural yaitu menghargai perbedaan dan keragaman nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, menyadari adanya bias-bias dan kesadaran akan keterbatasan diri dalam hal budaya. Guru BK memahami pandangan hidup dan latar belakang budaya diri dan konseli serta mengembangkan strategi konseling yang sesuai budaya. Character building atau pendidikan karakter adalah usaha sengaja (sadar) untuk mewujudkan kebajikan, yaitu kualitas kemanusiaan yang baik secara objektif, bukan hanya baik untuk individu perseorangan, tetapi juga baik untuk masyarakat secara kesuluruhan (Zubaedi, 2011: 15). Suksesnya pendidikan apabila manusia sebagai obyek pendidikan itu memiliki kepribadian yang mulia yang dapat diimplementasikan dalam kehidupannya baik dalam keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.

Samani dan Hariyanto (2011: 44) mendefinisikan pendidikan karakter sebagai upaya yang sungguh-sungguh untuk membantu seseorang memahami, peduli, dan bertindak dengan landasan inti nilai-nilai etis. Sedangkan menurut Muchlas Samani dan Hariyanto, pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter pada peserta didik yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik kepada Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi Insan Kamil.

Karakter terbentuk setelah mengikuti proses sebagai berikut : 1) Adanya nilai yang diserap seseorang dari berbagai sumber, mungkin agama, ideologi, pendidikan, temuan sendiri atau lainnya. 2) Nilai membentuk pola fikir seseorang yang secara keseluruhan keluar dalam bentuk rumusan visinya. 3) Visi turun ke wilayah hati membentuk suasana jiwa yang  secara keseluruhan membentuk mentalitas. 4) Mentalitas mengalir memasuki wilayah fisik dan melahirkan tindakan yang secara keseluruhan disebut sikap. 5) Sikap-sikap yang dominan dalam diri seseorang yang secara keseluruhan mencitrai dirinya adalah apa yang disebut sebagai kepribadian atau karakter (http://yuk-kitabelajar.blogspot.com/2013/04/pendidikan-karakter.html diakses tanggal 8 Oktober 2013).

Jadi, proses pembentukan karakter itu menunjukkan keterkaitan yang erat antara fikiran, perasaan dan tindakan. Dari wilayah akal terbentuk cara berfikir dan dari wilayah fisik terbentuk cara berperilaku. Cara berfikir menjadi visi, cara merasa menjadi mental dan cara berperilaku menjadi karakter.
Dalam publikasi Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Kementrian Pendidikan Nasional berjudul Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter (2011), telah mengidentifikasi sejumlah nilai pembentuk karakter yang merupakan hasil kajian empirik Pusat Kurikulum yang bersumber dari agama, Pancasila, budaya dan tujuan pendidikan nasional.

Nilai-nilai tersebut adalah: (1) Religius (Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain); (2) Jujur (Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan), (3) Toleransi (Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya). (4) Disiplin (Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan). (5) Kerja Keras (Perilaku yang menunjukkan upaya yang sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan guna menyelesaikan tugas belajar dengan sebaik-baiknya). (6) Kreatif (Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki). (7) Mandiri (Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas). (8) Demokratis (Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain). (9) Rasa Ingin Tahu (Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar). (10) Semangat Kebangsaan (Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya). (11) Cinta Tanah Air (Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa). (12) Menghargai Prestasi (Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui serta menghormati keberhasilan orang lain). (13) Bersahabat/Komunikatif (Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain). (14) Cinta Damai (Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain). (15) Gemar membaca (Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya). (16) Peduli Lingkungan (Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi). (17) Peduli Sosial (Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan). (18) Tanggung Jawab (Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa).

Dalam rangka character building ini, seorang konselor harus memiliki wawasan multikultural, dalam arti konseling multikultural tidak mengabaikan pendekatan tradisional yang monokultur, melainkan mengintegrasikannya dengan perspektif budaya yang beragam (Rakhmat, 2008). Tujuannya adalah memperkaya teori dan metode,serta pendekatan konseling yang sesuai dengan konteks. Dalam konseling terhadap beragam perbedaan budaya, Guru BK perlu mengambil sikap proaktif terhadap perbedaan budaya, mengenali dan menghargai budaya setiap konseli serta memiliki keyakinan, sikap dan kesadaran, pengetahuan dan keterampilan. Ketiga kemampuan tersebut oleh Sue (2005) disebut kompetensi konseling multikultural. Kesadaran merupakan pondasi dari kompetensi multikultural.

Penelitian yang dilaksanakan peneliti sebagai guru BK SMAN Kerjo adalah metode kualitatif dengan pendekatan diskriptif, yaitu penelitian yang menggunakan informasi yang bersifat menerangkan dalam bentuk uraian, maka data yang ada tidak dapat diwujudkan dalam bentuk angka-angka melainkan berbentuk suatu penjelasan yang menggambarkan keadaan, proses, dan peristiwa tertentu (JSubagyo, 1991: 94). Sedangkan metode kualitatif merupakan “Prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang diamati”. (Moleong, 2002: 3).

Sebagai subyek dalam pembentukan karakter siswa melalui konseling berwawasan multikultural melalui berbagai kegiatan seperti mendorong kegiatan ekstrakurikuler, permainan dan role play, maupun sistem pamong. Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Penelitian ini untuk menjawab masalah bagaimana peran konselor berwawasan multikulturalisme dalam upaya character building menjawab tantangan MEA?

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Adapun pembentukan karakter siswa di SMAN Kerjo ialah dengan cara pengenalan nilai-nilai karakter melalui kegiatan konseling berwawasan multikultural, kesadaran akan pentingnya nilai-nilai dan penginternalisasian nilai-nilai ke dalam tingkah laku peserta didik sehari-hari melalui proses pembelajaran baik yang berlangsung di dalam maupun di luar kelas pada semua mata pelajaran maupun ekstra kurikuler.

Pada dasarnya pembentukan karakter siswa dilakukan melalui proses pembiasaan bersikap mulia dengan disandarkan pada tingkah laku guru sebagai teladan yang baik. Melalui prinsip dasar dan metode pendidikan kepramukaan siswa dilatih secara sadar menjadi manusia yang berkarakter tanpa adanya rasa terpaksa. Proses pendidikan terjadi saat peserta didik melakukan kegiatan menarik, menyenangkan, kreatif, dan menantang. Pada saat itu, konselor memberikan bimbingan dan pengembangan karakter.

Character building untuk peningkatan kesadaran multikultural dapat dilakukan dengan berbagai cara, namun pelatihan konselor perlu model yang tepat dengan mempertimbangkan kondisi subyek penelitian, diantaranya bahwa mereka telah memiliki pengalaman konseling, memiliki keterbatasan waktu.

Konseling dalam rangka character building di SMAN Kerjo antara lain dengan melakukan kegiatan learning by doing (belajar sambil melakukan) yang dilaksanakan dalam kelas (saat pembelajaran) maupun pada kegiatan ekstrakurikuler.

Melalui belajar sambil melakukan siswa dituntut untuk berjiwa mandiri dan memiliki rasa tanggung jawab dari apa yang ia terima dari guru untuk dipraktekkannya baik dalam waktu latihan maupun di implementasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Pernyataan di atas menyimpulkan bahwa character building di SMAN Kerjo lebih efektif  dengan kegiatan belajar sambil melakukan, serta diselingi dengan permainan. Kemudian dilakukan dengan pemberian materi. Dalam prosesnya, materi pendidikan karakter diberikan melalui penjelasan dari guru, pemberian contoh, kemudian seluruh peserta didik melakukan secara bergantian. Dengan demikian seluruh peserta terlibat aktif dalam kegiatan.

Kegiatan kedua adalah dengan kegiatan kelompok belajar. Berdasarkan hasil wawancara dengan 3 guru mata pelajaran bahwa kegiatan kelompok belajar merupakan cara efektif untuk melatih rasa tanggung jawab dan kemandirian peserta didik. Dengan adanya kegiatan kelompok belajar, peserta didik akan belajar menjadi pemimpin maupun belajar dipimpin. Dengan demikian mereka akan tumbuh rasa tanggung jab dan jiwa kemandirian atas tugas dan tangungjawab yang diterimanya. Kegiatan kelompok belajar dilaksanakan dengan tujuan agar peserta didik dapat belajar memimpin dan belajar dipimpin, berorganisasi, belajar memikul tanggung jawab, belajar mengatur diri, belajar bekerja dan bekerjasama, serta belajar kerukunan dalam budaya multukultural.

Untuk lebih mengefektifkan kelompok belajar maka dilengkapi dengan strategi pembelajaran berupa penayangan film dan video (audio visual), ceramah dengan bantuan media power point, game, diskusi dan kerja kelompok. Penanaman character building dan wawasan multikultural yang dapat memanfaatkan media film sesuai tema pelatihan sebagai stimulan terhadap siswa untuk melakukan tugas-tugas kelompok, diskusi, dan refleksi diri.

Kegiatan ketiga adalah upacara. Upacara di SMAN Kerjo diselenggarakan sebagai bentuk pendidikan, di dalam upacara terdapat beberapa peraturan yang harus ditaati dan dijalankan oleh seluruh peserta upacara. Pada saat upacara juga terdapat bimbingan langsung dari Pembina upacara. Bimbingan disini diartikan sebagai pengarahan tata urutan upacara dan pemberian sambutan dari Pembina upacara, pengarahan tata urutan upacara membiasakan pramuka untuk tetap bersikap disiplin, teratur dan tertib. Sedangkan sambutan dari Pembina upacara akan lebih bermakna untuk karena mendapatkan sentuhan kata-kata pengarahan dari Pembina upacara yang menggugah semangat dan jiwa persatuan.

Upacara adalah serangkaian tindakan atau perbuatan yang yang ditata dalam suatu ketentuan peraturan yang dilaksanakan atau diadakan sehubungan dengan peristiwa penting, seperti upacara adat, upacara pelantikan, upacara pemberian tanda penghargaan, upacara peringatan dan upacara lainnya (Anggadireja, 2012: 43).

Selain kegiatan diatas, bimbingan konseling juga terdapat permainan-permainan yang menyenangkan serta mengandung nilai pendidikan agar kegiatan lebih bersemangat dan tidak membosankan untuk peserta didik. Seorang konselor harus kreatif dalam memberikan permainan, di dalamnya tidak hanya kegiatan yang membuat peserta didik tertarik dan antusias, tetapi mengandung nilai karakter untuk ditanamkan kepada peserta didik.

Permainan bukan seperti permainan biasanya, tetapi permainan yang bermakna dalam mengembangkan nilai karakter peserta didik. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam permainan adalah: 1) Permainan harus mengandung unsur kesehatan, sehat di dalam kepramukaan adalah sehat jasmani dan rohani; 2) Permainan juga harus mengandung unsur kebahagiaan; 3) Permaianan juga harus mengandung unsure tolong-menolong, kerja sama, menghargai orang lain, berani berkorban untuk orang lain; 4) Permainan juga harus mengandung unsur yang bermanfaat; 5) Permainan juga harus tetap dapat mengembangkan kecerdasan spiritual, emosional, sosial, intelektual, dan fisik; 6) Permainan harus senantiasa menarik, aman dn nyaman, dan 7) Permainan yang bersifat kompetitif akan lebih baik (Anggadiredja, 2011: 43).

KESIMPULAN DAN SARAN
Peran konselor dalam berwawasan multikulturalisme dalam upaya character building dalam menjawab tantangan MEA adalah melaksanakan kegiatan konseling dengan melakukan kegiatan learning by doing, kegiatan upacara, kegiatan permainan-permainan yang mengarah pada kecerdasan siswa. Metode pendidikan tersebut sangatlah efektif dalam pembentukan karakter siswa dengan ditunjukkan siswa yang memiliki rasa tanggung jawab, berjiwa mandiri dan memiliki disiplin dalam dirinya selalu datang tepat waktu


Daftar Pustaka
Amri, Sofan. 2011. Mengembangkan Pembelajaran IPS Terpadu. Jakarta: PT Prestasi Pustakaraya.

Hidayatullah, M. Furqon. 2010. Pendidikan Karakter Membangun Peradaban. Bangsa. Surakarta: Yuma Presindo Surakarta.

Lexy J. Moleong. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja. Rosdakarya

Muchlas Samani dan Hariyanto, 2011, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Peraturan Pemerintah RI Nomor 74 Tahun 2008

Ratna Megawangi, 2009, Pendidikan Karakter; Solusi Tepat Untuk Membangun Bangsa, Jakarta: Indonesia Heritage Foundation.

UU No. 20/2003 pasal 1 ayat 6
Zubaedi, 2011, Desain Pendidikan Karakter Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan, Jakarta: Kencana.


Penulis :
Dra.  Sri Muji Wahyuti, M.Pd., Kons, 
adalah alumni Program Studi Bimbingan dan Konseling, 
FKIP, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Bekerja sebagai konselor di SMAN Kerjo Karanganyar.