UJIAN LAGI-UJIAN LAGI

Manusia sepanjang hidupnya memang dihadapkan dengan ujian, coba aja telisik, sejak keluar dari lubang hingga masuk lubang di uji terus menerus hanya saja intensitas dan waktunya selalu berubah-ubah sesuai dengan tingkat perkembangan pisik dan psikis. Nah jadi yang namanya UJIAN gak perlu dihindari jalani saja bila perlu standar nilai dibikin 6.00 sampai 7.50 tapi, (ada tapinya) yang buat soal guru-guru nya sendiri atau guru-guru serayon dan yang nilai yah guru-gurunya sendiri juga. Kan di Indonesia sudah pake KTSP (kurikulum tingkat satuan pendidikan)

Untungnya ujian yang dilaksanakan oleh sekolah, guru dituntut untuk menjadi pandai membuat soal yang baik dan benar, mendidik dengan sungguh-sungguh dan menggunakan berbagai model-model pembelajaran (diversifikasi pembelajaran)
Semua aspek yang ada pada murid dapat dijadikan penilaian, murid yang tidak memenuhi standar kelulusan ya gak usah diluluskan, sehingga guru dan sekolah lebih terhormat, ya kan !

Asal tahu saja ya ! di Indonesia ini yang namanya uji menguji itu sudah nemjadi isu politik dan ekonomi, coba anda buat SIM, uji petik kendaraan umum, ujian masuk PNS, ujian calon kepala sekolah, terus apalagi ? buuuaaanyak lagi, ujung-ujung nya duit dan polit tik ! dah ah teman teman dah maksud kan !

Nah apalagi UJIAN NASIONAL berapa duitnya ? ha yo siapa yang tahu jawab !
Soal mutu kelulusan siapa sih gak pingin yang baik, semua juga mau yang baik-baik, yang pinter-pinter, tapi coba lihat yang pinter-pinter itu bisanya hanya minteri ! gak mikir rakyat !
Oleh karena itu omong kosong UN dapat menghasil kelulusan yang mumpuni. Proses pembelajaran yang mengedepakan tauladan dari guru dan masyarakat lah yang dapat membentuk manusia-manusia tauladan !

Kalok saya sebaiknya membentuk orang yang jujur, pinter ngikuti aja !

(sendi lampung)

Artikel Terkait

UJIAN LAGI-UJIAN LAGI
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email