Nostalgia Puasa

Puasa telah tiba. Ingatan saya membayang kembali kilasan 20 tahunan lalu, semasa jadi anak kos di Solo. Saya masih ingat, melewati puasa hari-hari pertama adalah saat-saat yang sulit bagi teman-teman. Sepanjang hidup saya, pernah sekali saya ikut merasakan puasa, meski cuma sehari saja, pada hari pertama. Itu pun sebenarnya tanpa sengaja.

Kapan kejadiannya sudah lupa, pastinya waktu kost di Gg Rewell, Kentingan. Saya ikut bangun atau terbangun oleh suara teman-teman yang sedang bersiap makan sahur. Entah kenapa saya jadi ikut-ikutan makan sahur. Maka dengan berombongan sekitar 6-7 orang, kami makan sahur di warungnya Lani (sebetulnya ibunya Lani, si Lani itu khan anaknya yang jadi favorit teman-teman, terutama siapa hayo?)

Usai makan sahur dan sholat, acara tidur berlanjut. Umumnya awal puasa banyak warung tidak buka, maka besuknya, saat makan siang tiba, saya kesulitan cari makan di sekitar kos. Mau keluar lebih jauh kok malas, teman-teman yang kebetulan tidak ada kuliah pada meringkuk di kasur, tidur sambil megang perut yang lapar, kos jadi senyap. Saya pun ikut terbius menahan lapar. Semakin sore makin lapar. Tapi mau makan juga merasa eman, terlanjur tidak makan dari pagi, tinggal beberapa jam lagi buka puasa. Dikuat-kuatan, eh kuat juga ternyata. Hari itu pertama kali dalam hidup saya, makan sahur bersama teman-teman, ikut berpuasa dan berbuka bersama. Alhamdullilah.

Soal puasa, percaya deh teman-teman memang kuat menjalaninya. Tapi yang sulit bangun untuk sahur. Maklum teman-teman dulu hobi tidur di atas jam 12 malam. Memang ada jam beker. Ini pun belum 100% efektif membangunkan, maklum, suka diolor waktunya. Sudah dengar bunyi beker, terus saja tidur. Nanti juga ada yang membangunkan kalau waktunya sudah mepet. Ya, teman-teman masih punya “jam beker” kedua, namanya Mas Budi. Dialah wakil empunya rumah kos kami, yang tinggal di kamar depan. Mas Budi ini memang disiplin waktu, selalu on time. Termasuk soal waktu sahur. Selalu bangun paling awal dibanding yang lain. Boleh dikata teman-teman lebih tergantung pada Mas Budi daripada pada beker.

Ndilalah, satu saat, orang yang diandalkan itu kelelapan tidurnya. Namanya juga manusia. Hebohlah jadinya saat sahur sudah mepet, baru terbangun dengan geragapan. Makanpun dilakukan dengan secepat kilat. Habis itu, ya tidur lagi. Ini belum seberapa. Yang parah kalau Mas Budi sedang pulang kampung, teman-teman benar-benar kehilangan pegangan soal waktu. Beberapa kali terjadi, tidurnya kebablasan. Begitu tahu sudah pagi, langsung deh lemes. Satu kos tidak sahur! Kalau sudah begitu lemesnya terbawa terus, sepanjang hari mengurung diri di kasur!

Suasana siang hari di tempat kos memang sepi. Kalau tidak ditinggal penghuninya kuliah, ya dibuat acara bobok di kamar masing-masing. Apalagi puasa, malasnya bertambah. Jangankan bergerak, bersuara saja diirit. Suatu ketika, di tengah keheningan siang, terdengar denting sendok beradu dengan gelas. Seseorang tengah mengaduk sesuatu. Penasaran dengan apa yang tengah terjadi, seorang teman memaksakan diri menyelidiki kamar sumber bebunyian tadi. Ternyata si Hari anak Fisip sedang membuat minuman. Hayo, ketahuan tidak puasa! Dengan tenang si Hari menjawab, aku puasa makan, tapi tidak puasa minum. Hwalah!

Orang puasa umumnya mengurangi jumlah makan, biasanya 3kali sehari, jadi 2 kali sehari. Tapi teman-teman Gang Rewell, lain. Makannya tetap 3kali sehari, Cuma waktunya bergeser. Makan siangnya absen karena puasa, tapi makan malamnya jadi dua sesi. Sesi pertama waktu Buka. Sesi kedua biasanya dimulai antara pukul 9-12 malam. Kalau jam 9 berarti sekedar jajan ringan, sambil minum kopi. Tapi kalau acaranya jam 12 malam, makan kenyang. Kalau begini, makan sahurnya bisa terlewati. Bablas sampai Buka lagi. Model puasa tanpa sahur ini biasanya kalau sudah menginjak pertengahan puasa, saat siang hari perut sudah terbiasa kosong.

Puasa tanpa Shalat Tarawih, tidak afdol namanya. Untuk yang satu ini teman-teman tidak pernah melewatkan. Tidak perlu keluar rumah, cukup dilakukan di tempat kos. Siapa Imamnya? Ya, gantian, tapi yang paling rutin ya mas Rissa. Mantan ketua BPM FKIP-UNS ini kayaknya yang paling diandalkan oleh teman-teman. Saya tidak tahu apakah tempat kos lain juga melakukan tradisi Shalat Tarawih bersama, padahal menurut saya, sangat bermanfaat. Selain menumbuhkan keimanan, juga mempererat rasa kebersamaan.
Bukan begitu mas Rissa?

Selamat berpuasa sambil bernostalgia! (Tono Soegijanto)

Artikel Terkait

Nostalgia Puasa
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email