REIKI DAN BIMBINGAN DI SEKOLAH

Apa Itu Reiki?

Reiki berasal dari Bahasa Jepang “Rei” yang artinya alam semesta atau Ilahi, dan “Ki” yang berarti energi vital atau energi kehidupan. Jadi, Reiki adalah energi kehidupan yang berasal dari alam semesta atau energi Ilahi. Dalam kebudayaan China, Reiki disebut “Ling Chi”, sedangkan di India dikenal sebagai Prana.

Reiki adalah teknik penyembuhan alami yang ditemukan oleh para Lama (pendeta) Tibet sejak ribuan tahun silam. Tradisi ini sangat dirahasiakan, dan tertutup bagi orang luar untuk mempelajarinya. Karena itu tradisi kuno ini tidak banyak diketahui asal-usulnya secara pasti. Adalah Mikao Usui dari Jepang di awal abad 19 yang berhasil menggali dan menemukan kembali tradisi asli Tibet yang telah lama dianggap hilang, setelah melakukan meditasi selama 21 hari di gunung Kurama. Berbeda dengan tradisi Tibet, Mikao Usui lebih terbuka terhadap dunia luar. Dari sinilah kemudian Reiki menyebar ke Amerika Serikat melalui salah satu muridnya, Hawayo Takata, dan akhirnya berkembang ke seluruh dunia, termasuk ke Indonesia. Karena itu tidak mengherankan jika pada saat ini Reiki lebih popular daripada Ling Chi.

Reiki tidak mempunyai bentuk fisik, tidak terlihat secara kasat mata, karena bersifat metafisika. Namun seorang pewaskita yang memiliki kemampuan indra keenam dapat melihatnya, selain itu melalui Kirlian photography yang menghasilkan foto aura, kita dapat melihat keberadaan energi Reiki. Sebagai energi, Reiki mempunyai getaran yang tinggi, halus dan menyebar. Dilihat secara waskita, Reiki mengalir bagaikan kabut yang melayang-layang (Irmansyah Effendi, 2005:4). Karena sifatnya yang sangat halus, Reiki aman dan tanpa resiko digunakan untuk penyembuhan pada segala usia, wanita hamil, dan organ tubuh yang lunak dan sensitif seperti jantung.

Reiki mudah dipelajari, tanpa membutuhkan persiapan khusus, dan hanya dibutuhkan pengetahuan teknis yang minim sekali. Melalui proses attunement (penyelarasan) yang dilakukan oleh Master Reiki, seketika seseorang mempunyai kemampuan – mengakses Reiki - untuk melakukan penyembuhan, baik terhadap diri sendiri maupun orang lain, secara langsung (berhadapan) maupun tidak langsung (penyembuhan jarak jauh). Daya penetrasi Reiki tidak dibatasi oleh ruang dan waktu, sebab pada prinsipnya energi mengikuti pikiran (Choa Kok Sui, 2006:250). Sebagaimana pikiran dapat mengembara menembus ruang dan waktu, demikian juga dengan Reiki. Dengan memikirkan atau membayangkan seseorang, maka energi akan mengalir kepada orang tersebut.

Inti dari proses attunement adalah penyelarasan tubuh seseorang dengan sumber Reiki (energi Ilahi), dengan cara membuka, membesarkan, membersihkan, dan menyeimbangkan chakra (pintu masuk energi) satu dengan chakra lainnya, lalu melebarkan dan membersihkan nadi (pembuluh energi) dari hambatan atau penyumbatan, dan akhirnya menyelaraskan chakra-chakra tersebut dengan sumber Reiki (Sjahdeini, 2005: 332-334).

Hanya dengan attunement seseorang dapat mengakses dan menyalurkan Reiki dan menjadi seorang praktisi Reiki. Sekali seseorang mendapat attunement Reiki, selamanya tidak akan hilang sekalipun tidak pernah atau jarang sekali digunakan. Yang membedakan hanya kekuatan energi yang disalurkan antara praktisi Reiki yang terus meningkatkan pengetahuan dan mengaplikasikan Reiki dalam kehidupan sehari-hari dan mereka yang malas mengembangkan kemampuannya. Dengan banyak melakukan penyaluran energi, kepada diri sendiri maupun orang lain, getaran energi dari praktisi Reiki akan semakin kuat.

Cara mengakses Reiki sangat mudah, yaitu hanya dengan niat saja. Cukup dengan meniatkan dalam hati, Reiki langsung bekerja. Dengan mengakses Reiki, energi masuk ke dalam tubuh praktisi Reiki melalui chakra mahkota yang letaknya di ubun-ubun kepala, kemudian disalurkan melalui kedua telapak tangan. Pada orang yang sensitif akan merasakan hawa hangat atau getaran halus pada bagian tubuh yang dialiri energi. Sedangkan bagi praktisi Reiki akan merasakan aliran energi pada kedua telapak tangannya sebagai getaran halus. Perlu dijelaskan Reiki adalah energi positif. Reiki tidak bisa digunakan untuk tujuan negatif, seperti membuat orang lain celaka. Jika dipaksakan, tidak akan ada hasilnya. Sebaliknya Reiki bisa digunakan untuk membentengi dari pengaruh energi negatif seperti ilmu hitam, karena pada prinsipnya Reiki adalah energi Ilahi.

Pengalaman Saya

Saya mulai mengenal Reiki sejak dua tahun lalu. Tepatnya tanggal 5 Juni 2005 saya mengikuti pelatihan Reiki Tingkat I dan II. Pelatihan tersebut sebetulnya terdiri 3 tingkatan, Tingkat I, Tingkat II dan Tingkat Master. Dengan pertimbangan bahwa saya masih awam dan ingin mengadakan penjajakan lebih dahulu, saya putuskan hanya mengikuti sampai Tingkat II, dengan biaya 500 ribu rupiah.

Pelatihan tersebut berlangsung selama sekitar 6 jam mulai pukul 09.00, bertempat di ruang redaksi Radar Jember (Jawa Pos group), yang diikuti 19 peserta, dan dipimpin oleh Master Reiki Ibu Widya Jatileksono. Beliau adalah pendiri Aspri (Asosiasi Praktisi Reiki Indonesia) Prataksita yang berpusat di Yogyakarta.

Manfaat Reiki: Pengalaman Pribadi

Saya merasa bersyukur Tuhan telah mempertemukan saya dengan Reiki. Pengalaman pribadi saya membuktikan, sejak mengikuti pelatihan Reiki, banyak manfaat praktis yang saya dapatkan dalam hal kesehatan jasmani dan rohani. Saya relatif jarang mengalami sakit yang berarti. Sebelumnya setiap pergantian musim saya hampir selalu menderita batuk yang penyembuhannya bisa memakan waktu berminggu-minggu, karena sulit menghindari makanan pedas dan gorengan. Sejak mampu mengakses Reiki, saya bisa terbebas dari batuk musiman. Kalau hidung buntu karena gejala flu, dengan mendekatkan jari-jari tangan pada hidung dan meniatkan mengalirkan Reiki, maka hidung yang buntu segera plong kembali.

Dulu saya sering minum obat sakit kepala karena stres pekerjaan, dalam seminggu sulit untuk tidak minum obat. Begitu juga kalau capek, badan mudah sakit, terpaksa minum obat. Dengan Reiki, frekuensi minum obat saya langsung drop. Saya nyaris jarang sekali mengkonsumsi obat. Jika badan terasa capek, dengan meletakkan telapak tangan pada bagian tubuh yang sakit, lalu meniatkan untuk menyalurkan Reiki, energi mengalir dan capek pun hilang tidak lama kemudian.

Saya termasuk orang yang tidurnya malam, setidaknya pukul 12 malam atau lebih malah. Pukul 06.30 paginya saya sudah mulai bekerja di toko sampai pukul 04.00 sore. Walaupun begitu sepanjang hari tubuh masih segar, meski kadang-kadang juga ngantuk dan capek. Dengan mengalirkan Reiki, maka saya mendapat tambahan ekstra tenaga.

Dengan Reiki membuat saya secara spiritual merasa lebih dekat dengan Sang Pencipta, karena setiap kali mengakses Reiki, saya mengawali “Dengan Ijin Tuhan Yang Maha Esa, terjadilah”. Saat melakukan meditasi, saya mengikuti petunjuk Master Reiki Sutan Remy Sjahdeini yang menggabungkan meditasi sambil melakukan dzikir dengan menyebut atau mengucapkan nama Allah berulang-ulang. Menurut beliau, meditasi sambil melakukan dzikir mempunyai 3 manfaat besar:

- energi dari lafadz dzikir akan bersinergi dengan Reiki yang mengalir ke dalam tubuh kita.

- Tubuh menjadi sehat karena dengan pengaliran energi ke dalam tubuh, chakra-chakra dibersihkan, diaktifkan dan diseimbangkan. Begitu juga nadi-nadi energi dibersihkan dari penyumbatan.

- Tubuh spiritual semakin lama makin menjadi baik dan kita semakin dekat dengan Allah (Sjahdaeni, 2005: 274-276).

Manfaat Reiki Dalam Bimbingan

Dalam pelatihan Reiki yang saya ikuti, secara tak sengaja saya duduk bersebelahan dengan seorang konselor sekolah. Saya tidak tahu apakah ia ikut atas biaya sendiri atau dibiayai sekolah. Yang pasti, konselor di sebuah sekolah di lingkungan pondok pesantren itu ikut sampai tingkat Master, yang biaya pelatihannya 1 juta rupiah. Dan saat itu adalah keikutsertaannya yang kedua kalinya sebagai pemantapan dari pelatihan yang pertama.

Saya tanyakan kepadanya, apa manfaat riil Reiki dalam pelaksanaan Bimbingan di sekolah. Dia memberikan contoh. Dulu sebelum ia mempelajari Reiki, setiap kali ia masuk kelas memberikan bimbingan, suasana kelas sangat tidak kondusif. Para siswa tidak antusias dengan apa yang ia sampaikan, semua ngobrol sendiri-sendiri. Dengan memanfaatkan Reiki, ia melakukan pemrograman. Sebelum masuk kelas, maka ia mentransfer Reiki ke ruang kelas di mana ia akan memberikan bimbingan. Hasilnya, kelas menjadi kondusif, para siswa respek terhadap materi yang disampaikan. Dalam menangani kasus individu, ia mengatakan, siswa menjadi mudah menerima bimbinganya dan menerapkannya. Saya tidak menduga ada seorang konselor yang mempunyai pemikiran untuk memanfaatkan Reiki dalam pendidikan, khususnya dalam pelaksaan Bimbingan Konseling di sekolah. Kalau saya tidak bertemu teman tadi, mungkin sampai saat ini saya tidak mempunyai gambaran tentang hal itu.

Dalam hal ini dunia pendidikan tampaknya ketinggalan kereta dengan profesi kedokteran. Pada saat ini banyak profesi medis seperti dokter, perawat, dan terapis dari klinik perawatan tubuh (spa) yang mempelajari dan memanfaatkan Reiki sebagai terapi pelengkap. Dalam pelatihan yang saya ikuti, ada setidaknya 3 peserta yang berprofesi dokter. Salah satunya adalah dokter spesialis anak. Kalau kalangan medis yang dikenal ketat menerapkan kaidah pengobatan ilmiah bisa menerima manfaat Reiki, tentu tidak ada salah dan ruginya bila dunia pendidikan, khususnya para konselor sekolah ikut mempelajari dan memanfaatkan Reiki untuk kepentingan pelaksanaan program bimbingan secara umum dan menangani masalah-masalah siswa.

Saya berkeyakinan banyak manfaat yang diperoleh dengan mengimplementasikan Reiki dalam bimbingan di sekolah. Secara khusus, Reiki bisa digunakan untuk membantu siswa yang mengalami masalah emosi, hubungan sosial, kecanduan rokok, sulit berkonsentrasi, fobia pada obyek tertentu dan sebagainya. Berbagai teknik meditasi, yang inklusif dalam Reiki, bisa digunakan. Untuk menangani siswa yang mempunyai masalah rasa percaya diri yang rendah, konselor bisa menerapkan teknik Meditasi Lilin yang dikembangkan oleh Luh Ketut Suryani (2006). Pada prinsipnya, Reiki secara efektif dapat menyembuhkan bebagai penyakit fisik, maupun masalah emosi, mental dan spiritual (Irmansyah Effendi, 2005; Sjahdeini, 2005).

Yang perlu digarisbawahi, dengan mempelajari Reiki, bukan berarti seorang konselor mengabaikan atau meninggalkan teknik-teknik bimbingan dalam memberikan bimbingan kepada para siswa dan semata-mata bergantung kepada kemampuan Reiki sebagai jalan pintas. Reiki adalah pelengkap bagi seorang konselor dalam melaksakan program bimbingan. Dengan kemampuan menyalurkan Reiki, seorang konselor dapat menciptakan suasana yang kondusif di kelas agar siswa lebih fokus dan memberi perhatian, agar siswa lebih termotivasi memanfaatkan layanan konseling, menggali informasi karir, agar siswa lebih disiplin terhadap tata tertib sekolah, lebih rajin belajar, dan sebagainya.

Dengan ijin Allah, terjadilah! (Tono Soegijanto)

Artikel Terkait

REIKI DAN BIMBINGAN DI SEKOLAH
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email