Pro Kontra Sertifikasi Guru

Apakah program sertifikasi guru bisa meningkatkan kualitas sekaligus kesejahteraan guru? Berikut komentar teman-teman kita:

Anis: Disambut sinis
Program sertifikasi guru banyak disambut sinis para guru, serta membuka peluang penyimpangan dengan uang pelicin bagi yang ambisius.

Riadi: Kesejahteraan yaKalau untuk mengangkat mutu belum, tapi untuk kesejahteraan ya.

Umbul: Guru harus berkualitas
Ya kembali pada individunya, tanpa sertifikasi brkt (?) kesejahteraannya, sudah seharusnya seorang guru harus berusaha selalu berkualitas.

Indah: Uji kompetensi saja
Kalau ditepati bisa meningkatkan kesejahteraan. Program sertifikasi melalui portofolio kurang meningkatkan (kualitas guru), lebih baik lewat uji kompetensi. Masa kerja pun belum menjamin profesionalitas guru.
Kun Kristono: gak akan efektif
Dimana suatu sistem pemerintahan masih bertumpu pada finansial, ras dan family recruet, maka tetep gak akan efektif bahkan akan semakin terpuruk. Di satu sisi mau mensejahterakan (guru), di sisi lain kebutuhan hidup seperti deret ukur. Sebaiknya jika guru mempunyai kelebihan atau berprestasi dengan bukti konkrit baru diberi tunjangan profesi.

Sri Muji Wahyuti: asal harga sembako tidak naik
Guru merupakan ujung tombak peningkatan proses pendidikan sekaligus agen pembelajaran di dalam kelas. Secara resmi pemerintah telah mencanangkan bahwa profesi guru disejajarkan dengan profesi lain sebagai tenaga profesional untuk meningkatkan pendidikan. Pengakuan guru sebagai tenaga profesional dibuktikan melalui uji sertifikasi dengan tujuan menentukan kelayakan, meningkatkan proses dan hasil pendidikan serta meningkatkan kesejahteraan dan profesionalitas guru.
Andai guru yang sudah mendapat sertifikasi menerima gaji sesuai dengan UU Guru dan Dosen tidak dibarengi dengan lonjakan harga sembako, maka saya yakin kesejahteraan guru akan meningkat. Tetapi dengan sertifikasi saya kira belum menjamin akan ada peningkatan kerja guru karena kerja guru dipengaruhi beberapa faktor, tapi andai kata guru profesional pastilah sertifikasi akan memacu kinerjanya.

Sunarin: Wong gede gendakan
Tidak bisa, tidak ada anggaran. Hidup ibarat lingkaran setan, wong gede-gede podo gendakan.

Mujiyono: Jangan kaget!
Memang saatnya guru diperhatikan. Namun langkah ini baru awal, tentu ada evaluasi dan tindak lanjut. Maka profesionalisme nanti benar-benar akan dilaksanakan. Ini baru peralihan, jelas ada korban. Mungkin langkah awal ini sebagai penghargaan yang masa kerjanya lama, nanti jelas ada langkah lanjut. Jangan kaget ya!
Saya belum tahu persis strategi di balik itu, sebab kemungkinan ada langkah lanjut. Maka guru yang berkualitas nanti akan survival. Bisa terjadi nanti guru yang 6 tahun tidak naik pangkat akan di drop, karena wajib buat karya ilmiah tiap jenjang pangkat. Tunggu saja perubahan karena kenaikan gaji, tuntutan (kebutuhan hidup) akan naik.

Mulyono: Syarat S1
Ya jelas, mau tidak mau syarat utama S1, sedangkan masih banyak (guru) yang belum S1, sedangkan yang S1 harus aktif agar memperoleh nilai yang cukup.

Ali Fauzi:
Tentu bermanfaat dalam segala hal.

Pujo: Setuju uji kompetensi
Untuk peningkatan kualitas, kayaknya masih perlu dipertanyakan karena dengan sistem portofolio tingkat originalitasnya perlu dipertanyakan. Saya lebih setuju pakai uji kompetensi. Kalau peningkatan kesejahteraan ya jelas bertambah.

Darobi:
Kualitas? Kesejahteraan oke.

Sendi: beli core duo
Ya, lah! Guru bisa beli laptop core duo, bisa bayar pulsa internet, beli buku ilmu pengetahuan, dll hingga lebih berbudaya dan semangat dalam pembelajaran! Kalau ada yang nyeleneh paling juga 10%, itupun guru-guru tua yang 1-2tahun lagi pensiun. Lima tahun ke depan oke dah.

Lely Suprihatin: tergantung good will
Kayaknya bisa (meningkatkan kualitas), masalah kesejahteraan tergantung good willusernya.

Isti Woro: ada kesenjangan
Belum menjamin, malah mungkin muncul dampak bagi guru yang belum terjaring karena ada kesenjangan kesejahteraan yang jauh. Padahal tidak gampang lolos sertifikasi kan?

Nur Aminudin: Yang dituju hanya tunjangan
Tidak bisa meningkatkan kualitas/kinerja sesuai harapan, sebab yang dituju hanya tunjangan. Setelah tunjangan turun kembali semula (kinerjanya). Jadi gaji tidak mempengaruhi kinerja secara signifikan. Semua itu tergantung personnya. Kalau peningkatan kesejahteraan jelas, tinggal bagaimana peningkatan produk guru yang dibenahi, seperti PTN favorit yang berhak mencetak guru.

Moh. Ngafenan (alumni Bahasa Indonesia FKIP UNS82): Rekayasa pemberkasan
Saya tidak yakin karena ada rekayasa dalam pemberkasan. Profesionalisme tidak diukur dari banyaknya sttpl yang dimiliki. Guru yang baik harus memiliki profesionalisme pedagogik, sosial, dll.

Rissa: Prosesnya curang
Untuk kesejahteraan guru jelas YA, makanya aku menolak menjadi Pengawas Sekolah, walaupun aku naik jabatan, tapi secara materi malah turun, dan ini yang membuat aku stress, karena saat ini aku dalam proses naik pangkat ke IVB. Sementara Dindik ngotot aku harus menjadi pengawas. Kalau dampak sertifikasi terhadap mutu guru TIDAK SIGNIFIKAN DAN JAUH DARI HARAPAN, karena prosesnya saja banyak yang curang, bukti fisik administrasi banyak yang dimanipulasi, direkayasa dengan teknologi, padahal saat ini PNS yang paling sejahtera adalah guru SMP dan SMA, banyak pendapatan di luar gaji, sumbernya dari uang BP3.

KESIMPULAN: Secara umum teman-teman kita melihat program sertifikasi guru lebih banyak menyentuh aspek kesejahteraan guru daripada peningkatan kualitas/kinerjanya. Meskipun secara normatif seorang guru memang dituntut tampil secara profesional dan selalu meng-up date pengetahuannya, efektivitas program sertifikasi guru diragukan dapat memacu profesionalisme guru, karena dalam prosesnya membuka celah besar terjadinya penyimpangan dan rekayasa. Selain itu, ada kekuatiran muncul dampak negatif dari guru-guru yang tidak lolos sertifikasi. Karena itu diusulkan jalan keluar yang lebih fair: Uji Kompetensi! (Tono S)


Artikel Terkait

Pro Kontra Sertifikasi Guru
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email